Jumat, 11 Juli 2014

Pemilihan Bahan Ajar




A.           PENDAHULUAN
Bahan ajar atau materi ajar adalah bahan atau materi yang harus dipelajari siswa dalam satu keatuan waktu tertentu. Bahan ini dapat berupa konsep, teori, dan rumus-rumus keilmuan; cara, tatacara, dan langkah-langkah untuk mengerjakan sesuatu; dan norma-norma, kaidah-kaidah, atau nilai-nilai.
Bahan ajar untuk pembelajaran koginitif (pengetahuan) akan berwujud teori-teori atau konsep-konsep keilmuan. Bahan ajar untuk pembelajaran psikomotorik (keterampilan) akan berwujud cara atau prosedur mengerjakan dan menyelesiakan sesuatu. Sedangkan bahan ajar untuk pembelajaran afektif (sikap) akan berwujud nilai-nilai atau norma-norma. Jadi, sebagai calon pendidik nantinya Anda harus mampu memilih bahan ajar menyangkut dengan aspek yang dipelajari siswa harus memenuhi ranah koginitif, psikomotorik, dan afektif.
Maka pada bab III ini akan dibahas mengenai prinsip-prinsip yang digunakan dalam pemilihan bahan ajar, aspek-aspek materi bahan ajar, langkah-langkah dalam memilih bahan ajar, penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar, dan penggunaan bahsa yang baik dalam bahan ajar. Dimana nantinya pengetahuan dasar mengenai pemilihan bahan ajar ini dapat memberikan pengetahuan kepada Anda sehingga mampu nantinya menerapkan pengetahuan yang ada ditengah menjalankan profesi kependidikan di masa mendatang.
Pada bab selanjutnya yaitu bab IV Anda akan mempelajari mengenai penilaian bahan ajar yang nantinya akan membantu Anda melakukan penilaian terhadap bahan ajar yang ada sebelum digunakan.

B.            TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat:
1.    Mengetahui prinsip-prinsip dan aspek-asek materi yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan.
2.    Menjelaskan langkah-langkah dalam memilih bahan ajar.
3.    Membuat contoh macam-macam ilustrasi yag digunakan dalam bahan ajar.

C.           URAIAN MATERI
1. Konsep Dasar Bahan Ajar
      a. Pengertian Bahan Ajar
Menurut Ahmad Sudrajad, bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Menurut Tim Sosialisasi KTSP, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Bahan ajar atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangkamencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis- jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilaiyang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
    b. Fungsi Bahan Ajar
Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007) disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
1.                        Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
2.                        Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasa3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
3.                        Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning), aktivitas-aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan penilaian (assessing). Menurut David A. Jacobsen dkk dalam bukunya “Methods for Teaching” memaparkan bahwa di era standar-standar pengajaran, pendekatan yang dilaksanakan guru dalam mengembangkan aktivitas  pembelajaran apapun, yang harus mereka lakukan pertama kali adalah merencanakan, kemudian menerapkan rencana-rencana yang telah dibuat, dan akhirnya menilai keberhasilan aktivitasnya.
    c. Pengembangan Kurikulum Terhadap Bahan Ajar
Ada beberapa alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar. Beberapa alasan-alasan tersebut didasarkan antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Selain itu, pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana strategi untuk mencapainya serta apa saja bahan ajar yang hendak digunakan merupakan kewengan penuh dari para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut sebagai pengembang kurikulum termasuk di dalamnya memiliki kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar sendiri.
d.  Manfaat dan Peranan Penyusunan Bahan Ajar
Dukungan, layanan serta ketersediaan bahan ajar yang beragam akan sangat memberikan manfaat yang sangat besar pada siswa diantaranya suasana dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang, mendorong siswa agar memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber informasi dari guru.
Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa.
Adapun peranan bahan ajar, menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, adalah :
1.      Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan.
2.      Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
3.      Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
4.      Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik.
5.      Menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas- tugas praktis.
6.       Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.


2.      Prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan.
Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai pengejawantahan kurikulum. Pada kompetensi dasar tersirat konsep yang harus diajarkan dan karakteristik konsepnya. Jika konsep merujuk pada jenis konsep tentu diperlukan strategi pengajaran spesifik sebaiknya siswa diberikan fakta-fakta konkrit kemudian sisiwa dapat membantu inferensi dari interaksi fakta-fakta yang dikemukakan oleh guru..
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

3.      Aspek-aspek Materi Bahan Ajar
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam bahan ajar , yaitu :
a.    Konsep adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum, misalnya sumber kekayaan alam yang dapat diperbarui.
b.   Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.
c.    Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami. Mungkin berupa hal, objek atau keadaan. Jadi bukan sesuatu yang diinginkan atau pendapat atau teori. Contoh : Proklamasi Kemerdekaan RI adalah pada tanggal 17 Agustus 1945.
d.   Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan. Suatu proses dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Dapat juga merupakan cara melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di pabrik) atau proses pembuatan tempe, proses peubahan warna pada daun yang kena hama wereng dan sebagainya.
e.    Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model. Umumnya nilai bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau buruk misalnya: hukum jual beli, hukum koperasi unit desa, Bimas dan sebagainya.
f.     Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan dapat juga berarti rohaniah (membedakan, menganaliss dan sebagainya). Biasanya kedua aspek tersebut tidak terlepas satu sama lain, kendatipun tidak selalu demikian adanya. (Oemar Hamalik, 1978).

4.      Langkah-langkah dalam memilih bahan ajar
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar.
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.  Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
  • Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.  Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
  • Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.

5.        Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar
Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya.
Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
Selanjutnya pilihlah bahan ajar yang sesuai dan relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi. Dengan demikian maka proses pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif dan efisien sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut bisa tercapai dengan baik.
Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya. Perbayaklah sumber materi bahan ajar karena dengan demikian maka bahan ajar yang terlahir akan mempunyai banyak referensi dan data yang adapun lebih akurat. Jangan hanya mengandalkan materi-materi dari referensi internet saja, perkaya pengetahuan dengan buku.
6. Aspek-aspek pemilihan bahan ajar
a. Menentukan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian.
Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

b. Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

c. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan penyampaian simultan; (2)Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi penyampaian fakta; (4) Strategi penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi penyampaian prosedur.
1.              Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
2.              Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
3.              Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
4.              Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
5.              Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
6.              Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.

d.              Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
  1. Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
  2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
  3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
  4. Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.

7.      Materi prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru.
Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekalan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial.
Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi.

8.      BAHASA YANG BAIK DALAM PENYUSUNAN BAHAN AJAR
Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar tersebut  tidak akan bermakna apa-apa.
Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Bahasa baku dapat dimengerti dengan baik oleh pembacanya, karena sama sekali tidak dipengaruhi oleh dialek bahasa sehari-hari maupun dialek bahasa daerah. Namun demikian, tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Dalam bahasa komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara intelektual melalui sapaan, pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan orang kedua itu benar-benar terjadi. Penggunaan bahasa komunikatif akan membuat peserta merasa seolah-olah berinteraksi (pseudo-interaction) dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan dalam bahan ajar.
Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau dilanggar. Hal ini sangat perlu sebagai salah satu persyaratan dari keterbacaan bahan ajar yang ditulis atau dikembangkan.
Kata yang dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Senarai (daftar kata sukar) dapat membantu memberikan batasan istilah-istilah teknis. Selain itu, peserta dapat diberi kesempatan untuk menjelaskan sendiri arti kata-kata tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan dalam bahan ajar Anda.
Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan peserta. Di samping itu, kalimat dalam bahan ajar hendaknya kalimat sederhana, singkat, jelas dan hanya memiliki makna tunggal untuk setiap kalimat. Kalimat majemuk kadangkala dapat membingungkan peserta, sehingga perlu di rinci melalui kalimat-kalimat singkat berikutnya.
Selanjutnya, penyusunan paragraph mempersyaratkan adanya gagasan utama untuk setiap paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar kalimat dalam sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik, dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir paragraf. Gagasan utama dikembangkan atau dijabarkan lebih lanjut dalam rangkaian kalimat yang berhubungan satu sama lain secara terpadu (kohesif) dan kompak atau runtut (koheren). Panjang pendek sebuah paragraf tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya. Keruntutan dan kekompakan hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat penting untuk membuat suatu paragraf menjadi bermakna. Pada gilirannya, kalimat yang runtut dan kompak akan memudahkan peserta memahami ide/konsep yang disajikan dalam paragraf tersebut.

Pengembangan bahan ajar ini memiliki tujuan. Gatot (2008) menyampaikan tujuan di atas melalui kutipan berikut. Pengembangan bahan ajar memiliki tujuan terencana, yaitu :
(1) mempersiapkan kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasi supaya dapat berlangsung secara optimal,
(2) meningkatkan motivasi pengajar untuk mengelola kegiatan belajar mengajar, dan
(3) mempersiapkan kegiatan belajar mengajar dengan mengisi bahan-bahan yang selalu baru, ditampilkan dengan cara baru dan dilaksanakan dengan strategi pembelajaran yang baru pula.
Mbulu (2004:6) menyatakan ada empat tujuan, yaitu :
(1) diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran,
(2) tersusunnya bahan ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengan karakteristiknya masing-masing,
(3) tersintesiskan dan terurutkannya topik-topik mata pelajaran secara sistematis dan logis, dan
(4) terbukanya peluang pengembangan bahan ajar secara kontinu mengacu pada perkembangan IPTEK.
Kemendiknas (2007) merumuskan tiga tujuan, yaitu :
(1) memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal,
(2) mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik maupun pengajar, dan
(3) dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.
Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu agar tujuan di atas dapat diwujudkan. Olivia (dalam Mbulu, 2004:7) memberikan sepuluh prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu :
(1) perubahan kurikulum diminta dan diperlukan sekali,
(2) kurikulum adalah produk zamannya,
(3) perubahan kurikulum pada masa yang lebih akhir selalu berkaitan dengan tumpang tindih dengan perubahan kurikulum sebelumnya,
(4) perubahan kurikulum salah satu akibat dari perubahan masyarakat,
(5) pengembangan kurikulum didasarkan pada suatu proses pembuatan pilihan dari sejumlah alternatif,
(7) pengembangan kurikulum tidak pernah berakhir,
(8) pengembangan kurikulum lebih efektif ketika dilakukan secara komprehensif, tidak sebagai proses bagian per bagian,
(9) pengembangan kurikulum lebih efektif ketika dilakukan dengan mengikuti suatu proses sistematik, dan
(10) pengembangan kurikulum dimulai dari kurikulum itu sendiri.

Mbulu (2004:8) sendiri memberikan tujuh prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu :
(1) bertahap, artinya dilaksanakan mulai dari kelompok dan jenis mata pelajaran sampai dengan menetapkan isi dari setiap mata pelajaran,
(2) menyeluruh, artinya dilaksanakan dengan memandang isi setiap pelajaran secara menyeluruh tidak bagian per bagian,
(3) sistematik, artinya dilaksanakan dengan memandang isi mata pelajaran sebagai kesatuan utuh dan melalui proses yang berulang-ulang,
(4) luwes, artinya dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat pengimplementasiannya,
(5) validitas keilmuan, artinya bahan ajar didasarkan pada tingkat validitas dari topik yang ditata urutannya dan dijabarkan keterhubungannya harus benar-benar dapat dipercaya,
(6) berorientasi pada pebelajar, artinya harus sesuai dengan karakteristik pebelajar dan memperhatikan kebutuhan serta perhatian/minat pebelajar, dan
 (7) berkesinambungan, artinya pengembangan bahan ajar merupakan proses yang tidak berhenti sekali jalan, tetapi merupakan proses yang menghubungkan setiap kegiatan pengembangan, yaitu merancang, mengevaluasi, dan memanfaatkan.

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1.      Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5.Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
5.      Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6.      Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

10.  Aspek Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Menulis Bahan Ajar
Berdasarkan PERMENDIKNAS  No 2 Tahun 2008 pasal 1 nomor 3 menyebutkan bahwa buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang selanjut-nya disebut buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Secara umum dapat dikemukakan dalam penulisan bahan ajar adapun hal-hal  yang harus diperhatikan, antara lain adalah :

a. Aspek isi
Aspek ini merupakan bahan pembelajaran yang disajikan di dalam bahan ajar. Isi buku berkaitan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku seperti standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator kompetensi. Untuk mencapai kompetensi itu dalam kurikulum telah disebutkan materi pokok bahan ajar.
ü  Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir dari segi penerbitan.
ü  Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias.
ü  Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya.
ü  Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum.
ü  Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman.

b. Aspek metode pembelajaran
Aspek ini merupakan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dilihat dari segi pengembangan materi isi bahan ajar. Metode pembelajaran terkait dengan metode belajar dalam arti bahwa dalam memilih metode pembelajaran,penyusunan buku teks pelajaran perlu mengetahui teori belajar yang sesuai:
ü Penyusunan bahan ajar menyajikan bahan atau contoh nyata/konkrit kemudian mengarah ke yang abstrak.
ü Memberikan kesempatan kepada siswa dalam melakukan pengamatan, praktek serta  diskusi terhadap apa yang ditemukan mereka (kemenarikan minat dan perhatian siswa),
ü Memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta dalam proses pembelajaran secara aktif (aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan).

Metode pengembangan bahan ajar perlu mengacu pada :
·         Tujuan pembelajaran
·         Karakteristik peserta dididk
·         Karakter bahan ajar
·         Lingkungan belajar
·         Sumber belajar yang tersedia
·         Alokasi waktu

c. Aspek bahasa
Aspek bahasa merupakan sarana (alat komunikasi) penyampaian dan penyajian bahan ajar, seperti kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan sesuai dengan minat dan kognisi siswa. Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraph, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan siswa.
Ada tiga ide utama yang terkait dengan keterbacaan, yakni:
1.      Kemudahan membaca (berhubungan dengan bentuk tulisan atau tipografi, ukuran huruf, dan lebar spasi) yang berkaitan dengan aspek grafika;
2.      Kemenarikan (berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan) yang berkaitan dengan aspek penyajian materi;
3.      Kesesuaian (berhubungan dengan kata dan kalimat, panjang-pendek, frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf) yang berkaitan dengan bahasa dan keterbacaan.

Hal-hal yang mempengaruhi penggunaan bahasa yang efektif dan efisien ialah pilihan kata (diksi), kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, susunan serta struktur kalimat dan paragraf serta gaya bahasa.  Dalam menggunakan bahasa perlu memperhatikan :
Ø  Kemampuan bahasa peserta didik
Ø   Kaidah-kaidah bahasa
Ø  Karakteristik bahan ajar
Ø  Lingkungan sosial budaya setempat.

d. Aspek ilustrasi
Ilustrasi berfungsi untuk memperjelas konsep /teori dan dapat dibuat dalam bentuk gambar, tabel, grafik, diagram, sketsa, denah, peta atau potret. Dengan ilustrasi, uraian dapat dibuat menjadi lebih singkat, jelas, terfokus dan menarik. Dalam membuat ilustrasi perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a)      Relevansi ilustrasi dengan konsep atau fenomena yang hendak dijelaskan (Ilustrasi harus sesuai dengan teks)
b)      Ketepatan dan kesesuaian ilustrasi
c)      Warna, khususnya jika warna tersebut mengandung makna
d)     Penempatan ilustrasi, ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep yang dijelaskan dengan ilustrasi.
e)      Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana.

e.  Aspek dalam unsur-unsur grafika
Dalam penyusunan buku teks, keahlian dalam menguasai kegrafikaan ini sangat diperlukan. Karena ketika hal tersebut telah dikuasai, maka penampilan fisik pada buku teks pelajaran akan dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam membaca serta mempelajarinya. Hal-hal yang berkaitan dengan kegrafikaan ini dibahas oleh perancang buku (book designer) penerbit dan penyusun buku teks pelajaran. Yang termasuk kedalam unsur grafika adalah :
a)      Desain buku
b)      Kertas dan ukuran buku
c)      Tipografi
d)     Tata letak kulit dan isi buku
Disamping untuk daya tarik, unsur-unsur grafika diatas mempengaruhi harga produksi buku pelajaran.


Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
a.         Kecermatan Isi
Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara keilmuan, dan keselarasan isi. Atau kebenaran isi berdasrkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.
Validitasisimenunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidangf ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.
Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak menyebarkan kesalahan-kesalahan konsep, atau “miskonsepsi” yang dapat dibawa petatar ke daerah masing-masing. Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, petatar harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu. Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik.
Dalam rangka mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya, petatar dapat mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar dan budaya lokal yang dapat digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik tertentu dari bidang suatu ilmu. Dari kemungkinan dan ketersediaan tersebut, petatar kemudian perlu mengaitkan dengan landasan teori dan konsep yang berlaku dalam bidang ilmu.jika dimungkinkan dapat mengaitkan dengan hasil penelitian empiris sehingga akan menghasilkan suatu paduan dari teori dan konsep yang sahih tetapi relevan dengan lingkunhgan dan budaya lokal. Dengan demikian dapat diperoleh bahan ajar yang sahih isinya , akrab lingkungan dan berwawasan budaya dan tidak mengandung “miskonsepsi
Keselerasan isi berarti kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam negara dan masyarakat. Ada sistem nilai masyarakat yang perlu diakomodasikan dalam bahan ajar. Bahkan bahan ajar menjadi sarana untuk penyampaian sistem nilai tersebut dan pembelajaran merupakan upaya pelestarian sistem nilai tersebut. Dengan demikian jika ada bahan ajar yang mengabaikan sistem nilai tersebut merupakan bahan ajar yang tidak tepat.

b.         Ketepatan Cakupan
Kecermatan isi berfokus pada kebenaran isi secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.
Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Setiap penatar pasti mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatarnya. Kemudian berlandaskan pada tujuan tersebut dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada petatar. setelah itu baru di kembangkan bahan ajar – materi pokok dan komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.


c.         Ketercernaan/Keterbacaan Bahan Ajar
Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah.

d.         Pemaparan yang logis
Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Dengan demikian, peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi sebelumnya yang sudah dimilikinya.
Bahan ajar yang dipaparkan secara tidak logis akan menyulitkan peserta belajar. Logika penyajian ini merupakan alat bantu yang menjelaskan hubungan antar topik atau konsep dalam bahan ajar. Dengan demikian, informasi yang diterima oleh peserta akan saling terkait, dan bahkan dapat dikaitkan dengan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya, tidak terkotak-kotak satu sama lain. Logika pemaparan ini dapat diperkenalkan kepada peserta untuk mengembangkan pola pikir atau penalaran yang sistematis.

e.         Penyajian materi yang runtut
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian uraian, contoh dan latihan, atau contoh, latihan, penyajian uraian, atau penyajian uraian, latihan, contoh (PCL – CLP – PLC). Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut.

f.          Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman
Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman peserta. Dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting. Misalnya, dalam menjelaskan rumus molekul senyawa ion dalam topik Valensi mata pelajaran Kimia di SMU, guru tidak dapat hanya mengandalkan deskripsi verbal secara lisan maupun tertulis.
Untuk menjelaskan rumus tersebut diperlukan alat peraga yang dapat menggambarkan rumus molekul senyawa ion tersebut. Guru dapat membuat lingkaran, bulatan, dan kubus valensi dari karton, dilengkapi dengan Lembar Kerja Peserta (LKS) yang berbentuk tertulis. Melalui karton-karton tersebut, peserta akan dapat bermain sesuai petunjuk dalam LKS, untuk membuat/menemukan rumus molekul senyawa ion (Rinaldy, 2000).
Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. Dalam beberapa kasus, diperlukan juga contoh dan ilustrasi yang paling mutakhir, sehingga perlu mencarinya dan sumber-sumber mutakhir seperti majalah, Koran, ataupun dari situs-situs di internet.
g.         Alat bantu yang memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam mempelajari bahan ajar tersebut, yang dikenal dengan nama Mnemonic Devices (alat Bantu mengingat atau belajar).
Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan. Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda dalam satu bahan ajar yang sama. Misalnya, gambar “tangan yang sedang menulis” digunakan untuk arti “Latihan” yang harus dikerjakan oleh peserta secara tertulis. Hendaknya gambar yang sama jangan digunakan untuk arti yang lain.

h.        Format yang tertib dan konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk LKS, jangan gunakan warna merah untuk komponen lain dalam bahan ajar. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS.
Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga peserta tidak menggunakan berbagai istilah secara rancu. Dalam bahan ajar audio, intonasi suara dapat digunakan sebagai tanda atau format untuk berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam bahan ajar video, clip video yang berupa grafik, atau penyajian langsung dapat digunakan sebagai tanda dari rangkuman, tanda perintah berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam hal ini, petatar diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan formal khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta belajar.

i.           Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas.
Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.

j.           Penggunaan Bahasa
Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar yang disusun sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar tersebut tidak akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Bahasa baku dapat dimengerti dengan baik oleh pembacanya, karena sama sekali tidak dipengaruhi oleh dialek bahasa sehari-hari maupun dialek bahasa daerah. Namun demikian, tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes.
Dalam bahasa komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara intelektual melalui sapaan, pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan orang kedua itu benar-benar terjadi. Penggunaan bahasa komunikatif akan membuat peserta merasa seolah-olah berinteraksi (pseudo-interaction) dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan dalam bahan ajar.
Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau dilanggar. Hal ini sangat perlu sebagai salah satu persyaratan dari keterbacaan bahan ajar yang ditulis atau dikembangkan.
Kata yang dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Senarai (daftar kata sukar) dapat membantu memberikan batasan istilah-istilah teknis. Selain itu, peserta dapat diberi kesempatan untuk menjelaskan sendiri arti kata-kata tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan dalam bahan ajar Anda.
Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan peserta.
Di samping itu, kalimat dalam bahan ajar hendaknya kalimat sederhana, singkat, jelas dan hanya memiliki makna tunggal untuk setiap kalimat. Kalimat majemuk kadangkala dapat membingungkan peserta, sehingga perlu di rinci melalui kalimat-kalimat singkat berikutnya.
Selanjutnya, penyusunan paragraf mempersyaratkan adanya gagasan utama untuk setiap paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar kalimat dalam sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik, dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir paragraf. Gagasan utama dikembangkan atau dijabarkan lebih lanjut dalam rangkaian kalimat yang berhubungan satu sama lain secara terpadu (kohesif) dan kompak atau runtut (koheren). Panjang pendek sebuah paragraf tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya. Keruntutan dan kekompakan hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat penting untuk membuat suatu paragraf menjadi bermakna. Pada gilirannya, kalimat yang runtut dan kompak akan memudahkan peserta memahami ide/konsep yang disajikan dalam paragraf tersebut.

k.         Perwajahan/Pengemasan
Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia.
Penataan letak informasi untuk satu halaman cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1)            Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat peserta lelah membacanya.
2)            Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan untuk mendorong peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut dengan rangkuman atau catatan yang dibuat peserta sendiri. Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman bahan ajar.
3)            Padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek, tetapi jangan terus menerus sehingga menjadi membosankan.
4)            Gunakan sistem paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan, karena paragraf seperti itu lebih mudah dibaca.
5)            Gunakan grafik atau gambar hanya untuk tujuan tertentu, jangan gunakan grafik atau gambar jika tidak bermakna.
6)            Gunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten untuk seluruh bagian bahan ajar.
7)            Gunakan dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik perhatian, tetapi jangan terlalu banyak sehingga membingungkan.
Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari peserta secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam kelompok).

l.           Ilustrasi
Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi dapat dibuat sendiri oleh dosen atau guru sebagai pengembang bahan ajar, Namun, ilustrasi juga dapat dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan gambar-gambar yang diinginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain itu, ilustrasi juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto), sumber atau buku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia). Jika ilustrasi diperoleh dari sumber atau buku lain, Anda berkewajiban memberi penjelasan tentang hal itu dalam bahan ajar yang Anda tulis.
Ilustrasi digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu, ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar sehingga bahan ajar menjadi menarik, memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan pemahaman peserta terhadap isi pesan.
Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema
m.      Kelengkapan Komponen
Idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta (pertanyaan kunci, soal, tugas, kegiatan), serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu paket, atau dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet, atau buku lain), panduan belajar/peserta, serta panduan guru.
Paket bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar.
1)            Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang ingin disampaikan kepada peserta, atau harus dikuasai peserta. Kebanyakan, bahan ajar utama berbentuk bahan ajar cetak, misalnya buku teks, buku pelajaran, modul, dan buku materi pokok yang bersifat moduler. Bahan ajar utama akan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan komponen pelengkap.
2)            Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang terintegrasi dengan bahan ajar utama, atau informasi/topik pengayaan wawasan peserta.

12.  Prosedur Pengembangan Bahan ajar
Depdiknas (2007) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut :
Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD  jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin).
Ketiga, mengembangkan bahan ajar  yang sesuai atau relevan  dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi.
Keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.

Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat. Penatar seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik ini karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan, maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Padahal ada beberapa langkah yang harus dilakukan penatar sebelum sampai pada kesimpulan bahawa bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang digunakan memang baik. Paling tidak ada lima langkah utama dalam prosedur pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:
1. ANALISIS
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai mata tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka inplikasi terhadap rancangan bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.


2. PERANCANGAN
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:
1.      Perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree
2.      Pemilihan topik mata tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta melalui proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan? Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang mata tataran termasuk encyclopedia atau majalah yang ada di perpustakaan atau buk.
3.      Pemilihan media dan sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalah proses belajar. Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih
4.      Pemilihan strategi pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan dalam topik mata tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.

3. PENGEMBANGAN
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengenbangan bahan ajar:
  1. Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau panduan praktik
  2. Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
  3. Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
  4. Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar kepada peserta
  5. Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
  6. Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan dalam membuat bahan ajar
  7. Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.
4. EVALUASI DAN REVISI
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat digunakan untuk belajar-dimengerti, dapat dibaca dengan baik dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar sehingga nmenjadi bahan ajar yang baik.
D.           RANGKUMAN
Didalam penyusunan bahan ajar terdapat tiga prinsio yang harus diperhatikan yaitu prinsip relevansi, prinsip konsep konsistensi dan prinsip kecukupan. Dan untuk  menyusun materi yang ada didalam bahan ajar perlu diperhatikan aspek berikut (1) aspek konsep yaitu arti akan suatu, (2) aspek prinsip yaitu menjadikan kebenaran sebagai landasan berfikir, (3) aspek fakta dimana materi tersebut harus berisikan fakta dengan bukti yang jelas, (4) aspek proses artinya untuk materi yang berupa proses harus dijelaskan tiap tahap-tahapnya sesuai dengan kenyaataan yang ada, kemudian aspek nilai dan aspek keterampilan yang harus ada didalam suatu materi pelajaran.
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama, Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kedua, Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Ketiga, Memilih bahan ajar dan keempat Memilih Sumber Bahan Ajar.
Penggunaan ilustrasi dalam sebuah bahan ajar itu sangat penting karena ilustrasi dapat memberikan manfaat diantaranya Memperjelas informasi yang diberikan memberikan variasi dan menarik, membantu mengingat gagasan yang disampaikan dan mengurangi narasi/tulisan, menghemat tempat. Ada beberapa ilustrasi yang biasa digunakan diantaranya Tabel, Diagram, Grafik, Gambar garis, Gambar kartun, Sketsa, Foto, dan Simbol.
Kaidah-kaidah bahasa menjadi fokus dalam revisi bahasa. Selain itu, juga perlu mendapat perhatian gaya bahasa sesuai dengan karakteristik tulisan. bahasa yang digunakan benar-benar mewakili pikiran atau ide yang datang menghadap kepada pembeca.  Selain itu, kosakata yang digunakan hendaklah sesuai dengan arti yang diwakilinya. Kata yang dipakai dalam penyusunan bahan ajar adalah kata yang tepat dan serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan gagasan atau maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya

E.            LATIHAN
1.    Jelaskan prinsip-prinsip dan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah bahan ajar!
2.    Mengapa seorang pendidik harus memilih-milih bahan ajar yang akan digunakan?
3.    Bahasa yang bagaimanakah yang harus digunakan dalam menyusun bahan ajar?

F.       DAFTAR BACAAN
Jasmadi, dkk. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Arifin, samsul. 2007. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi. Jakarta: PT Grasindo




6 komentar: