|
A.
PENDAHULUAN
Bahan
ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.
Dalam
bab II ini Anda akan mempelajari konsep dasar bentuk-bentuk bahan ajar yang
berkenaan dengan pengertian, karakterisrik, dan prosedur penyusunan
bentuk-bentuk bahan ajar yang berupa bahan ajar cetak dan non cetak, Disamping
itu juga mempelajari tentang sistematika penyusunan bahan ajar cetak berupa
menyusun sendiri, pengemasan kembali, dan penataan kembali.
Pengetahuan
tentang hal-hal di atas merupakan dasar yang harus diperoleh bagi Anda yang
mempelajari kuliah Pengembangan Bahan Ajar dan sebagai pencapaian kompetensi S1
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yaitu sebagai pengembang media pembelajaran
dan bahan ajar merupakan salah satu media pembelajaran. Dan pada bab berikutnya
Anda akan mempelajari materi yang berkenaan dengan pemilihan bahan ajar.
B.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Setelah
mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat:
1. Memahami
konsep dasar bentuk-bentuk bahan ajar baik bahan ajar cetak maupun bahan ajar
noncetak, dan sistematika penyusunan bahan ajar cetak.
2. Memahami
kelebihan dan kelemahan masing-masing bahan ajar.
3. Menuliskan
sebuah bahan ajar dengan salah satu teknik penulisan bahan ajar yang ada.
C.
URAIAN
MATERI
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (National
Center for Vocational Education Research,1998). Bahan ajar tersebut
terdiri dari beberapa bentuk sebagai
berikut:
1.
Bahan
Ajar Cetak
a.
Modul
1)
Pengertian
Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak
yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran.
Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah
dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan
kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Modul merupakan alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Gambar 14 :
contoh modul pembelajaran
2)
Karakteristik
Modul
Sebuah modul
bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
a)
Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang
atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada
pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:
(1)
Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
(2)
Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit
kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
(3)
Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pema- paran materi pembelajaran;
(4)
Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;
(5)
Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait
dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
(6)
Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
(7)
Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
(8)
Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan
peng- gunaan diklat melakukan ‘self assessment’;
(9)
Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur
atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
(10) Terdapat umpan balik atas penilaian,
sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi; dan
(11) Bersedia informasi tentang
rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b)
Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran
dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam
satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan
pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas
ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan
materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
c)
Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan
harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan
tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain
selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai
media yang berdiri sendiri.
d)
Adaptive; modul hendaknya memiliki daya
adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif
jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu
dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul
yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan
kurun waktu tertentu.
e)
User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana,
mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah
satu bentuk user friendly.
3)
Komponen-komponen
Modul
Komponen-komponen adalah bagian-bagian
yang menunjukkan identitas sesuatu. Komponen-komponen modul mencakup :
a)
Lembaran
Petunjuk Guru
b)
Lembaran
Kegiatan Siswa
c)
Lembaran
Kerja Siswa, berisikan tugas-tugas atau
persoalan-persoalan yang harus dikerjakan oleh murid setelah mempelajari
lembaran kegiatan murid.
d)
Kunci
Jawaban untuk Lembaran Kerja Siswa, lembaran ini
berisikan jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan oleh
siswa pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan mempergunakan lembaran
kerja. Dengan kunci jawaban ini siswa dapat mengoreksi sendiri apakah
pekerjaannya telah dilaksanakan dengan baik.
e)
Lembaran
Tes, berisi soal-soal untuk menilai
keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.
f)
Kunci
Jawaban untuk Lembaran Tes, berisi jawaban yang
benar untuk setiap soal yang ada dalam lembaran penilaian, ialah digunakan
sebagai alat untuk koreksi sendiri terhadap pekerjaan yang dilakukan.
4)
Prosedur
Penyusunan Modul
a)
Analisis Kebutuhan Modul
Analisis
kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP untuk
memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari
kompetensi yang telah diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan
dengan kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.
Pada
dasarnya tiap satu standar kompetensi dikembangkan menjadi satu modul dan satu
modul terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran. Perlu disampaikan bahwa yang
dimaksud kompetensi disini adalah standar kompetensi dan kegiatan pembelajaran
adalah kompetensi dasar.
b)
Desain Modul
Desain
penulisan modul yang dimaksud di sini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat strategi
pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran dan
metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai desain
dalam penyusunan/penulisan modul.
Penulisan
modul belajar diawali dengan menyusun buram modul. Modul yang dihasilkan
dinyatakan sebagai buram sampai dengan selesainya proses validasi dan uji coba.
Bila hasil uji coba telah dinyatakan layak, barulah suatu modul dapat
diimplementasikan secara riil di lapangan.
c)
Implementasi
Implementasi
modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah
digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang
dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara
konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
d)
Penilaian
Penilaian
hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul. Pelaksanaan penilaian
mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil
belajar dilakukan menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan
pada saat penulisan modul.
e)
Evaluasi dan Validasi
Modul
yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran, secara periodik
harus dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui
dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan
sesuai dengan desain pengembangannya. Untuk keperluan evaluasi dapat
dikembangkan suatu instrumen evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul
tersebut. Instrumen ditujukan baik untuk guru maupun peserta didik, karena
keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu modul. Dengan
demikian hasil evaluasi dapat objektif.
Validasi
merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi
target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari
kompetensi yang menjadi target berlajar, maka modul dinyatakan valid (sahih).
Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli yang menguasai
kompetensi yang dipelajari. Bila tidak ada, maka dilakukan oleh sejumlah guru
yang mengajar pada bidang atau kompetensi tersebut. Validator membaca ulang
dengan cermat isi modul. Validator memeriksa, apakah tujuan belajar, uraian
materi, bentuk kegiatan, tugas, latihan atau kegiatan lainnya yang ada diyakini
dapat efektif untuk digunakan sebagai media mengasai kompetensi yang menjadi
target belajar. Bila hasil validasi ternyata menyatakan bahwa modul tidak valid
maka modul tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi valid.
Ada sejumlah kelebihan yang
dimiliki oleh modul, yakni antara lain: pertama, meningkatkan
efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena
kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; kedua, menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; ketiga, secara tegas
mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria
yang telah ditetapkan dalam modul; keempat, mengetahui kelemahan atau
kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang
ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta
didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi; kelima,
untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan
belajar mandiri.
Selain
kelebihan, modul sebagai bahan ajar juga memiliki kekurangan, yakni antara
lain: pertama, Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan
kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat
pembelajaran; kedua, kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada
kriteria peserta didik; ketiga, kriteria tersebut meliputi
ketekunan, waktu untuk belajar, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
Jika peserta didik tidak dapat melakukan hal-hal tersebut mka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai; keempat, tidak cocok untuk peserta
didik yang memiliki kemampuan menangkap dengan audio.
b.
LKS
1)
Pengertian
LKS
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud
dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk
melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian
singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan,
langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil
diskusi, dan latihan ulangan.
Jadi, Lembar Kerja Siswa ( LKS) bisa
diartikan lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa
soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Prinsipnya lembar kerja
siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi
penguat bagi yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi
siswa yang mengalami kesulitan. Mengandung permasalahan (problem solving)
sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikir mereka dengan memecahkan
permasalahan tersebut.
Lembar kerja siswa merupakan bahan
pembelajaran cetak yang yang paling sederhana karena komponen isinya bukan pada
materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKS sangat
baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam
strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, sedangkan
dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan..
Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam
proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar
Gambar 15 :
lembar kerja siswa
2)
Karakteristik
LKS
LKS
memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan bahan ajar lainnya, yakni
sebagai berikut:
a)
LKS
memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti
percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan.
b)
Merupakan
bahan ajar cetak.
c)
Materi
yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi
sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik.
d)
Memiliki
komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dll.
3)
Komponen-komponen
LKS
Lembar Kerja Siswa atau
yang biasa disebut dengan LKS tersusun dengan komponen-komponen sebagai
berikut:
a)
Kata
pengantar
b)
Daftar
isi
c)
Pendahuluan
( berisi analisis / daftar dari tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian
berdasarkan hasil analisis dari GBPP)
d)
Bab
1 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut.
e)
Lembar
kerja : berisi berbagai soal ataupun penugasan yang akan dikerjakan oleh siswa
f)
Bab
2 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut.
g)
Lembar
kerja dst.
h)
Daftar
pustaka
4)
Prosedur
Penyusunan LKS
Dalam pembuatan lembar kerja siswa perlu
diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting, diantaranya sebagai
berikut.
a)
Mempunyai
tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket,
mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan
yang penting.
b)
Tata
letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis,
menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta
desainnya menarik dan indah.
c)
Susunan
kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut : sederhana dan mudah
dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya diperkenalkan, serta
informasi / penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar catatan
peserta didik.
d)
Gambar
ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik, menunjukkan cara,
menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.
Agar lebih
spesifik lagi pembahasan tentang cara pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) maka
diklasifikasikan sebagai berikut :pertamaSyarat didaktik.
Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses
belajar- mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS
harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan
adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat
digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai,
menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat
berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki
variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa,
pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa
(intelektual, emosional dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan
pelajaran.
Kedua, Syarat
konstruksi.
Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik.
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik,
menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang
sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang
terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan
keterbacaan, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi
keleluasaaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS,
menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi
daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa
yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari
pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan
administrasinya.
Ketiga, Syarat
teknis,
dari segi teknis LKS memiliki beberapa pembahasan yaitu:
1)
Tulisan
Menggunakan
huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf
tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan
tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan
kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan
besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.
2)
Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
3) Penampilan
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
Uraian di atas
merupakan syarat khusus pembuatan lembar kerja siswa, jika sudah terpenuhi maka
melangkah pada syarat umum yang harus dipenuhi untuk membuat LKS yaitu:pertama,
Melakukan analisis kurikulum baik SK,KD, indikator, maupun
materi pokok; kedua, Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa yaitu
pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna
mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS
tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya.; ketiga, Menentukan judul
LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas; keempat, Mencetak lembar
kerja siswa dan menentukan lembar penilaian. Dan langkah-langkah prosedur
penulisan LKS yaitu sebagai berikut:
1)
Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, Indikator dan materi
pokok.
2)
Menyusun peta kebutuhan LKS
3)
Menentukan judul LKS
4)
Menulis LKS
5)
Menentukan alat Penilaian
Sebagai bahan ajar, LKS memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut antara lain; Guru dapat menggunakan lembar kerja siswa sebagai media
pembelajaran mandiri bagi peserta didik; Meningkatkan aktivitas siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar; Praktis dan harga cenderung terjangkau
tidak terlalu mahal; Materi didalam LKS lebih ringkas dan sudah mencakup
keseluruhan materi; Dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesame teman;
Kegiatan pembelajaran menjadi beragam dengan LKS; Sebagai pengganti media lain
ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan dengan listrik maka
kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS; dan LKS tidak membutuhkan
listrik dalam penggunaannya sehingga bisa digunakan oleh SD di pedesaan maupun
di perkotaan.
Selain
kelebihan, LKS pun memiliki kekurangan sebagai bahan ajar antara lain yaitu; pertama,
Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul
bagian berikutnya maupun bab setelah itu; kedua, Adanya kekhawatiran karena
guru hanya mengandalkan media LKS tersebut serta memnfaatkannya untuk
kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS kemudian guru
meninggalkan siswa dan kembali untuk membahas LKS itu. Ketiga, LKS yang
dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok antara konsep yang akan diajarkan
dengan LKS tersebut.Keempat,LKS hanya melatih siswa untuk menjawab
soal,tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar.Kelima,
Di dalam LKS hanya bisa
menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang
dapat memahami materi dengan cepat.Keenam, Media cetak hanya lebih banyak
menekankan pada pelajaran yang bersifat kognitif, jarang menekankan pada emosi
dan sikap.Ketujuh,Menimbulkan pembelajaran yang
membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain. Namun
kekurangan yang dimiliki oleh LKS tersebut dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut:
1)
Guru
diharapkan membuat LKS yang memiliki soal-soal yang beragam, sehingga soal-soal
yang ada tidak kebanyakan terulang-ulang.
2)
Peningkatan kualitas professional guru perlu
dan juga peningkatan kesadaran seorang guru sebagai pendidik.
3)
Sekolah
sebaiknya tidak terpaku dengan LKS yang dikeluarkan oleh penerbit tetapi
diharapkan dengan keprofesionalan guru dapat membuat lembar kerja siswa yang
lebih bermutu tinggi dari pada yang dikeluarkan penerbit.
4)
Untuk
menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru
mempunyai buku pegangan selain LKS dan didalam LKS tidak hanya soal-soal yang
wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk
peserta didik juga perlu.
5)
Guru
bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang menunjang, misalnya
audio-visual kalau ada.
6)
Menambah
kagiatan – kegiatan yang menstimulus siswa untuk aktif baik bertanya kepada
guru maupun menjawab pertanyaan guru.
7)
Untuk
menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media satu dengan yang lain.
Ataupun menambah sebuah kegiatan diluar kegiatan yang ada pada LKS tersebut.
c.
Kompilasi
1)
Pengertian
Kompilasi
Secara
etimologis, “kompilasi” berarti kumpulan/himpunan yang tersusun secara teratur. Kompilasi diambil dari compilation (Inggris) atau compilatie (Belanda) yang diambil dari kata compilare, artinya mengumpulkan bersama-sama,
seperti mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan di
mana-mana. Istilah ini kemudian dipergunakan dalam bahasa Indonesia
kompilasi, sebagai terjemahan langsung.
Dalam kamus
Webster’s Word University, kompilasi
(compile) didefinisikan: “mengumpulkan bahan-bahan yang tersedia ke dalam
bentuk teratur, seperti dalam bentuk sebuah buku, mengumpulkan berbagai macam
data”. Kamus New Standard yang disusun oleh Funk dan Wagnalls, mengartikan:
Suatu proses kegiatan pengumpulan berbagai bahan untuk membuat sebuah buku,
tabel, statistik atau yang lain dan mengumpulkannya seteratur mungkin setelah
sebelumnya bahan-bahan tersebut diseleksi. Sesuatu yang dikumpulkan seperti
buku yang tersusun dari bahan-bahan yang diambil dari sumber buku-buku.
Menghimpun atau proses penghimpunan.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompilasi adalah suatu
kegiatan pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang diambil dari berbagai
buku maupun tulisan mengenai sesuatu persoalan tertentu. Pengumpulan
bahan dari berbagai sumber yang dibuat oleh beberapa penulis yang berbeda
untuk ditulis dalam suatu buku tertentu, sehingga dengan kegiatan itu semua
bahan yang diperlukan akan dapat ditemukan dengan lebih mudah.
2)
Prosedur
Penyusunan Kompilasi
Untuk menyusun sebuah
bahan ajar kompilasi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain
yaitu:
a)
Kumpulkan
seluruh bahan yang akan dijadikan acuan, seperti yang tercantum dalam GBPP atau
silabus.
b)
Tentukan
bagian-bagian buku atau sumber yang sesuai GBPP atau silabus
c)
Fotocopy
seluruh bagian sumber yang digunakan per pokok bahasan
d)
Pilah-pilahlah
berdasarkan urutan pokok bahasan
e)
Buatlah
halaman penyekat untuk masing-masing pokok bahasan
f)
Jilidlah
dengan rapi
Kompilasi disusun sendiri oleh guru
dengan mengumpulkan bahan yang ada sehingga kompilasi memiliki kelebihan
yaitu materi yang disajikan akan lebih sesuai dengan tujuan masing-masing SK
dan KD materi. Selain itu kekurangan
materi masing-masing buku dapat ditanggulangi dengan kompilasi ini karena
kompilasi memang sengaja disusun oleh guru dari beberapa sumber yang ada
sehingga memudahkan siswa mencari informasi. Namun kompilasi juga memiliki kekurangan
dari segi penyajian visualnya. Jika guru yang menulis kompilasi kurang kreatif
dalam penyajian, tidak akan memberikan motivasi kepada siswa untuk membacanya.
d.
Handout
1)
Pengertian
Handout
Handout
adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Handout diambilkan dari beberapa literatur yang
memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok. Handout dapat
diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari
internet, atau menyadur dari sebuah buku (http//kiat menyusun bahan ajar «
catatan kecil guru madrasah.html posted by zaenalkhayat
pada september 23, 201)
Handout
adalah bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Termasuk pada media ajar cetak (printed). Handout
berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat lembaran.
Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di
atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya diambil dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik.
Istilah
Handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout biasanya
merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar
lainnya atau penjelasan dari guru.(Http//media handout.posted by chairil pada
februari 2009). Handout termasuk media cetakan yang meliputi
bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi
belajar. biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi
dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik. (Http//media
handout.posted by chairil pada februari 2009)
Handout
merpakan uraian bahan ajar yang ada dalam bentuk kurikulum atau persiapan
mengajar (GBPP/Silabus,SAP/RPP), bisa berua ringkasan dari bahan terurai yang
ada dalam buku teks. Handout merupakan bahan dasar bagi peserta didik untuk
kemudian diperdalam dan diperluas baik dalam kegiatan pemeblajaran, kegiatan di
laboratorium, kegiatan lapangan , amupun melalui kajian atas buku sumber wajib
dan referensi.
Bentuk
Handout dapat bervariasi. Menurut Nurtain bentuk Handout ada tiga yaitu :
a)
Bentuk catatan
Handout
ini menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok tentang suatu topik yang
akan dibahas.
b)
Bentuk diagram
Handout
ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis secara lengkap
maupun yang belum lengkap.
c)
Bentuk catatan dan
diagram
Handout
ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.
Gambar 16 : handout
2)
Komponen-komponen
Handout
Komponen handout
terdiri dari:
a) Standar
kompetensi. Adalah tujuan yang dicapai siswa setelah diberi satu pokok bahasan
yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang hal-hal yang dikuasai
siswa.
b) Kompetensi
dasar. Adalah tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti pelajaran untuk 1 kali
pertemuan. Fungsinya untuk memberikan fokus pada siswa pada sub pokok bahasan
yang sedang dihadapi.
c) Ringkasan
materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari bahan ajar yang akan
disampaikan atau diberikan pada siswa dan telah disusun secara sistematis.
Fungsinya agar memungkinkan siswa dapat mengetahui sistematika pelajaran yang
harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam pengayaan diluar proses mengajar
dikelas.
d) Soal-soal.
Adalah permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah ia menerima atau
mempelajari materi pelajaran tersebut, penyelesaian soal itu dikumpul atau
dinilai, kemudian dibahas secara bersama-sama untuk membantu siswa dalam
melatih memahami materi pelajaran yang akan diberikan.
e) Sumber
bacaan. Adalah buku atau bahan ajar apa saja yang akan digunakan atau menjadi
sumber dari materi pelajaran yang diberikan. Fungsinya untuk menelusuri lebih
lanjut materi pelajaran yang akan disampaikan
3)
Prosedur
Penyusunan Handout
Penyusunan
Handout disusun atas dasar kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta
didik. Dengan demikian maka Handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout
biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik
dalam belajar untuk mencapai kompetensinya.
Langkah-langkah
menyusun Handout adalah sebagai berikut :
a) Melakukan
analisis kurikulum
b) Menentukan
judul Handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan
dicapai.
c) Mengumpulkan
referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi terkini dan relevan
dengan materi pokoknya.
d) Menulis
Handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas.
e) Mengevaluasi
hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan
kekurangan-kekurangan.
f) Menggunakan
berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi Handout misalnya buku,
internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian.
Pertimbangan yang perlu dilakukan
dalam memilih Handout adalah pertama, Substansi materi memiliki
relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi.Kedua, Materi memberikan penjelasan secara lengkap
tentang defenisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan
sebagainya. Ketiga, sebuah handout tersebut harus padat pengetahuan. Keempat,
Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan. Kelima, Kalimat yang
disajikan dalam handout tersebut haruslah sangat singkat dan jelas. Keenam,
materi handout dapat diambil dari buku atau internet.
Dalam penyusunan Handout harus
singkat dan jelas. Menurut Aziz, persyaratan suatu Handout Yaitu :
a) Handout
memuat kerangka materi yang mungkin berisikan pernyataan, definisi, konsep,
rumus, dan sejenisnya.
b) Disajikan
dalam bentuk pernyataan, daftar, dan diagram.
c) Penyajian
informasi hendaknya diringkas, padat, dan mudah dipahami siswa.
Menurut Davies kegunaan Handout
dapat membantu siswa untuk Memperoleh informasi tambahan yang belum tentu mudah
diperoleh secara cepat dari tempat lain, Memberikan rincian prosedur atau
teknik pelaksanaan yang terlalu kompleks bila menggunakan media audiovisual,
Materi yang terlalu panjang/kompleks yang telah diringkas dalam bentuk catatan
yang mudah dipahami, Dapat menggantikan catatan siswa, Memelihara kekonsistenan
penyampaian materi dikelas oleh guru, Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran
dengan baik, Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru, Untuk
memperkenalkan informasi atau teknologi baru, Untuk dapat memeriksa hasil
pembelajaran siswa, Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi, dan Untuk
dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan
Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar
dapat dilakukan melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang termahal,
dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara
yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar cetak, yaitu:
a.
Menulis sendiri (Starting
From Scratch)
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan
kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru
lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi
sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan
bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping
penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan
kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional. Penulisan bahan
ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan pengetahuan,
keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis
bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada kurikulum, (b) rencana atau
program pengajaran, dan (c) silabus yang telah disusun.
b.
Pengemasan
kembali informasi (Information Repackaging)
Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis
bahan ajar sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan
buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga
berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan
dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional.
Bahan atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan dengn
gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (digubah), juga diberi
tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar,
latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri
kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih cepat
diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari
pengarang buku aslinya.
c.
Penataan informasi (Compilation atau Wrap
Around Text)
Selain menulis sendiri bahan ajar juga
dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks,
jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar
melalui penataan informasi (kompilasi).Proses penataan informasi hampir mirip
dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun, dalam proses penataan
informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap buku teks, materi
audiovisual, dan informasi lain yang sudah ada di pasaran. Jadi buku teks,
materi audiovisual dan informasi lain tersebut digunakan secara langsung, hanya
ditambahkan dengan pedoman belajar untuk peserta didik tentang cara menggunakan
materi tersebut, latihan-latihan dan tugas yang perlu dilakukan, umpan balik
untuk peserta didik dan dari peserta didik.
2.
Bahan
Ajar Non Cetak
a.
Bahan
Ajar Audio
1)
Pengertian
Bahan Ajar Audio
Menurut
sadiman ( 2005:49 ), Media audio adalah media untuk menyampaikan pesan yang
akan disampaikan dalam bentuk lambang – lambang auditif, baik verbal (kedalam
kata – kata atau bahasa lisan ) maupun non verbal. Menurut sudjana dan Rivai (
2003 :129 ), Media audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan
dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan sisiwa sehingga terjadi proses belajar
mengajar.
Menurut Setyosari dan Sihkabuden,( 2005: 148; Yudhi Munadi, 2008), Media
Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui
indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera
dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata.
2)
Karakteristik
Bahan Ajar Audio
Hakekat
dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan
atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal),
yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki
karakteristik atau ciri sebagai berikut:
a)
Mampu mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas),
b)
Pesan/program dapat
direkam dan diputar kembali sesukanya,
c)
Dapat mengembangkan
daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya,
d)
Dapat mengatasi masalah
kekurangan guru,
e)
Sifat komunikasinya
hanya satu arah,
f)
Sangat sesuai untuk
pengajaran musik dan bahasa,
g)
Pesan/informasi atau
program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
3)
Alat
dan Bahan
Menurut
Rivai ( 2005 : 152 ) dalam pembuatan atau penggunaan media ada beberapa
peralatan pokok yang harus diperhatikan diantaranya :
a) mikrofon,
alat perekam (recorder ),
b) alat
pemutar hasil rekaman ( player),
c) alat
penyampur sumber suara (mixer) dan beberapa fasilitas lainnya yang diperlukan.
4)
Prosedur
Penyusunan Bahan Ajar Audio
a)
Studio
Produksi
Program
audio di rekam dalam suatu studio produksi atau yang biasa disebut dengan
studio rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan yaitu ruang control dan
ruang studio. Ruang control biasanya terdiri alat rekaman audio, alat pemutar
audio, alat pemadu suara, tombol pengatur suara, dan alat pnyunting suara.
Ruang
studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruang ini dilengkapi dengan
berbagai microphone, tempat untuk duduk pemain, alat music misalnya piano,
perlengkapan untuk membuat FX, dan pengeras suara. Kedua ruangan ini
dihubungkan dengan intercom sehingga memudahkan orang-orang di ruang control
dan ruang studio dapay berkomunikasi.
b)
Pembagian
Tugas dalam Produksi
(1)
Sutradara
Sutradara
adalah pemimpin produksi dan bertanggung jawab atas baik buruknya hasil
produksi. Sebelum produksi dimulai, sutradara harus mempelajari naskah dengan
teliti.
Setelah
naskah dipelajari, sutradara bertugas memperbanyak naskah yang akan diproduksi.
Kertas yang digunakan seyogyanya kertas yang agak tebal agar tidak mudah
terlipat dan tidak menimbulkan suara ketika memproduksi. Kemudian sutradara
harus memilih yang akan membawakan naskah. Bila ia telah menentukan pemain untuk
tiap peran, sutradar harus membagikan naskah kepada mereka agar mereka dapat
mempelajarinya. Dalam program audio, pemian tidak perllu menghafal naskah
karena ketika produksi berlangsung pemian dapat membaca naskah tersebut sesuai
perwatakan yang telah ditentukan.
Selanjtunya
sutradara harus memesan studio sesuai dengan prosedur yang berlaku agar pada
saat yang ditentukan studio tersebut tidak dipakai oleh orang lain dan siap
untu digunakan. Sutradara juga harus memilih music yang sesuai dengan suasana yang
akan diciptakan dan mencari sound effect yang sesuai dengan naskahnya. Dan
sutradara harus bisa bekerjasama dengan teknisi atau operator yaitu orang yang
akan membantunya dalam rekaman.
(2)
Kerabat
Kerja
Dalam
produksi audio teknisi atau operator yang dibutuhkan hanya dua orang pertama,
operator yang melayani tombol rekaman dan bertugas mengatur jalannya
pita rekaman pada alat perekam dan bertanggung jawab mebuat saluran yang
menhubungkan mikropohne dengan mesin perekam. Kedua, operator yang
bertugas menyiapkan music dan sound effect yang akan digunakan.
(3)
Pemain
Pemain
adalah orang yang telah ditunjuk untuk membacakan naskah sesuai dengan peran
yang tekah ditentukan.pemian harus mengikuti petunjuk sutradara dalam
membawakan perannya.
c)
Pelaksanaan
Produksi
Pada
waktu rekaman yang telah ditentukan sutradara harus dating lebih awal dari para
pemainnya dan menyambut mereka dengan ramah. Setelah pemain lengkap sutradara
segera memipin latihan. Latihan dapat dilakukan dengan laithan kering yaitu
latihan yang dilakukan diluar studio rekaman tanpa music dan sound effect. Tiap
pemain membaca bagian masing-masing sesuai dengan urutan naskah.
Setelah
latihan selesai pemain dipersilakan masuk ke studio dan mengikuti petunjuk
tanda-tanda yang digunakan yang diberikan oleh sutrdara. Kemudian megnadakan
tes suara. Setiap pemain diminta membaca di depan microphone secara bergantian.
Tinggi rendahnya suara diatur supaya tidak terlalu lemah dan tidak terlalu
keras.
Setelah
selesai semua pihak siap untuk melakukan latihan basah yaitu latihan di dalam
ruangan studio dengan menggunakan music dan sound effect. Setelah latihan
berjalan dengan baik rekaman dapat segera dilakukan.
Sedangkan menurut sudjana ( 2005 :
130 ) langkah – langkah yang harus dipersiapkan dalam menggunakan media audio
dalam pembelajaran meliputi tiga hal yaitu :
1) Langkah
persiapan yang meliputi : persiapan dalam merencanakan, memberikan pengarahan
terhadap siswa mengenai ide – ide yang sulit, menentukan sasaran, periksa
peralatan
2) Langkah
penyajian yang meliputi : menyajikan waktu yang tepat, mengatur situasi
ruangan, berikan motivasi untuk siswa
3) Tindak
lanjut.
5)
Kelebihan
dan Kekurangan Bahan Ajar Audio
Kelebihan
media audio menurut Sadiman ( 2005 :50 ) :
a) Harga
murah dan variasi program lebih banyak daripada TV.
b) Sifatnya
mudah untuk dipindahkan
c) Dapat
digunakan bersama – sama dengan alat perekam radio, sehingga dapat diulang atau
diputar kembali.
d) Dapat
merangsang partisifasi aktif pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya
imajinasi seperti menulis, menggambar dna sebagainya.
e) Dapat
memusatkan perhatian siswa seperti membaca puisi, sastra, menggambar musik dan
bahasa.
Sedangkan
menurut Arsyad ( 2003 : 45 ) kelebihan media audio adalah :
a) Merupakan
peralatan yang sangat murah dan lumrah sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat
b) Rekaman
dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga isi pesan dapat berada
ditempat secara bersamaan.
c) Merekam
peristiwa atau isi pelajaran untuk digunakan kemudian.
d) Rekaman
dapat digunakan sendiri oleh siswa untuk mendengarkan diri sendiri sebagai alat
diagnosis guna untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca, mengaji dan
berpidato.
e) Dalam
pengoprasiannya relatif sangat mudah.
Selain
kelebihan yang diimiliki media audio juga memiliki kekurangan sebagai bahan
ajar. Menurut Arsyad( 2003 : 46 ) media audio memiliki kekurangan antara lain
adalah :
a) Dalam
suatu rekaman sulit menemukan lokasi suatu pesan atau informasi, jika pesan
atau informasi tersebut berada di tengah – tengah pita, maka akan memakan waktu
yang lama untuk menemukannya, apalagi jika radio-tape tidak memiliki angka-
angka penentuan putaran.
b) Kecepatan
rekaman dan pengaturan trek yang bermacam – macam menimbulkan kesulitan untuk
memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda.
Sedangkan enurut Rivai ( 2005 : 131
) penggunaan media audio dalam dunia pengajaran memiliki Kekurangan antara lain
:
1) Memerlukan
suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu, sehingga
pengertinnya harus didapat dengan cara belajar yang khusus.
2) Media
audio yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah
abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual.
3) Karena
abstrak, tingkatan pengertinnya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan
penguasaan pembendaharaan kata–kata atau bahasa, serta susunan kalimat.
4) Media
ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai
kemampuan dalam berpikir abstrak.
5) Penampilan
melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalm bentuk suara harus
disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima.
Bila tidak bisa terjadi ketidak mengertian dan bahkan kesalah pahaman.
b.
Bahan
Ajar Audio Video
1)
Pengertian
Bahan Ajar Audio Video
Video
sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya
melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus
Latin-Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119)
mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat
televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.
Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian
Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan
penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan dua definisi
tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan “the storage of visuals
and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar
dan penanyangannya pada layar televisi).
Dari beberapa definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat,
utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya,
dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.
Video, dilihat sebagai media
penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar
(setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audio visual dapat dibagi
menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar
dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media
audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk
jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya
yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113).
2)
Karakteristik
Bahan Ajar Audio Video
Manfaat
dan karakteristik lain dari media video atau film dalam meningkatkan
efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya adalah (Munadi,
2008: 127; Smaldino, 2008: 311-312):
a) Mengatasi jarak dan waktu
b) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat
c) Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
d) Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan
e) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
f) Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa
g) Mengembangkan imajinasi
h) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik
i) Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas sosial yang akan dibedah di dalam kelas
j) Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.
Secara
umum karakteristik dari media video adalah : pertama, Menampilkan
gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan. Kedua, Mampu menampilkan
benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karenaterlalu besar (gunung),
terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit(proses
produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya. Ketiga,
Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga
panen. Dan keempat, Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).
3)
Prosedur
Penyusunan Bahan Ajar Audio Video
a)
Praproduksi
(1)
Penentuan
Ide
Untuk memulai suatu karya apapun
dimulai dengan sebuah ide/gagasan. Demikian jugapembuatan media video
pembelajaran. Untuk menemukan ide, dapat dari mana saja,misalnya pengalaman
mengajar di kelas, lingkungan, permasalahan, buku, siaran TV,siaran radio, surat
kabar, dan lain sebagainya.Khusus pembuatan media video/televisi pembelajaran
sebaiknya ide diambil darikurikulum yang berlaku saat itu. Misalnya media
tersebut akan digunakan oleh siswaSD/SMP/SMA, maka idenya sebaiknya dari
kurikulum SD/SMP/SMA, sesuai sasaranyang akan memakai media tersebut.Kurikulum
di sini merupakan acuan utama di dalam pemilihan kompetensi yang akandiajarkan
kepada siswa melalui media video/televisi. Di dalam penelaahan kurikulum harus
dilakukan oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Guru yang
menelaah harus sesuai dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan
jenjangnya.Maksudnya materi SD harus ditelaah oleh guru SD, materi SMP oleh
guru SMP, danseterusnya
Peranan ahli materi adalah untuk
menjaga agar materi tetap harus benar dan sesuai dengan sasaran tidak lebih dan
tidak kurang. Di samping itu ahli materi juga harus menginformasikan
perkembangan ilmu tersebut yang terkini. Sedangkan ahli media harus mengkaji
agar di dalam pemilihan materi yang akan diangkat ke dalam mediavideo/televisi
sesuai dengan karakteristik media tersebut, karena tidak semua materiyang ada
di kurikulum dapat dibuat ke dalam media video/televisi secara menarik.Dengan
demikian ahli media harus menjaga agar nantinya setelah materi tersebut dibuat
dalam media video/televisi menarik untuk dilihat siswa dan menambah
pengetahuan.Di dalam penelaahan kurikulum ini biasanya untuk seluruh media dan
hasilnya disebutPola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM). PDKBM merupakan
acuan tahapan selanjutnya yaitu penyusunan GBIM. Langkah-langkah pembuatan
PDKBM yaitu:
(a) Semua kompetensi dan indicator untuk
satu jenjang harus masuk, kemudian untuk mencapai kompetensi tersebut
diperlukan indikator apa saja.
(b) Dari indikator inilah akan
ditentukan media yang akandipakai dalam pembelajaran selama satu tahun atau
satu jenjang. Media yang biasadigunakan yaitu media cetak, video, audio,
presentasi, multimedia, dan internet.
Contoh PDKBM:
POLA DASAR KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR(PDKBM)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : 7 (1 SMP)
No
|
Standar kompetensi
|
Kompetensi dasar
|
Indicator
|
Media
c v
a m i
|
Pustaka
|
|
Siswa mampu mengemuka-kan pendapat dalam berbagai
kesempatan secara lisan dantertulis
|
Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dalam berbagai kesempatan dalam bentuk lisan dan
tulisan
|
1.
Siswa mampu berbicara didepan
umum.
2.
Siswa mampu menulis surat
|
|
Penulis tahun, judul,
penerbit, kota.
|
(2)
Penyusunan Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
Di dalam PDKBM sudah tampak jelas
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, serta jenis media yang akan
dikembangkan untuk mencapai pembelajaran selama periode tertentu. Dalam PDKBM
tersebut juga sudah ditentukan ada jenis media video/televisi, sehingga standar
kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator tersebut dipilih untuk
dikembangkan menjadi media video, sedangkan media lain dikembangkan lain waktu.
Penyusunan Garis Besar Isi Media (GBIM) untuk media video dilakukan oleh guru
dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi mengkaji kebenaran dan
kecukupan materi, sedangkan ahli media mengkaji kemenarikan materi tersebut
untuk divideokan. GBIM merupakan acuan tahapan selanjutnya dalam penyusunan JM.
Contoh
GBIMV:
GARIS
BESAR ISI MEDIA VIDEO(GBIMV)
NO
|
Standar
Kompetensi
|
Kompe-tensi
Dasar
|
Materi
pokok
|
Penerapan
konsep
|
TOPIK/
JUDUL
|
Pustaka
|
1
|
Siswa
mampu mengemuka-kan pendapat dalam berbagai kesempatan secara lisan
dantertulis
|
Siswa
mampu berbicara didepan umum
|
Cara berbicara didepan umum.
|
Berpidato
pada rapat osis
|
Pidato
|
Penulis,
tahun, judul,
penerbit,
kota.
|
(3)
Penyusunan
Jabaran Materi Media Video (JMV)
Setelah GBIM selesai disusun, maka
langkah selanjutnya yaitu penyusunan Jabaran materi (JM). JM disusun oleh guru
dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media.Di dalam JM harus diuraikan secara
lengkap materi yang akan diangkat dalammedia video serta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari bagi siswa. Pemilihan aplikasi ini harus disesuaikan
dengan lingkungan siswa. Salah dalam pemilihan aplikasi akan menyebabkan materi
tersebut sulit dipahami oleh siswa
(4)
Penyusunan
Naskah
Setelah
JM selesai disusun, langkah selanjutnya yaitu penulisan naskah. Naskah disusun
oleh orang yang dianggap mampu untuk menulis naskah. Seseorang dianggap mampu menulis
naskah salah satu syaratnya yaitu pernah mengikuti pelatihan penulisan naskah
video/televise pembelajaran dan
dinyatakan lulus, atau pernah menulis naskah video/televisi lain dan
diproduksi. Tahapan yang harus dilakukan untuk menulis naskah video/televisi
pembelajaran yaitu:
(a) Mempelajari GBIMV dan JMV
(b) Mencari buku referensi yang
dianjurkan serta sumber lain yang barkaitan.
(c) Melakukan riset lapangan untuk
menemukan aplikasi atau penerapan konsep yang dibahas, sebagai ilustrasi dan
adegan yang akan diambil dalam naskah.
(d) Menyusun identifikasi naskah, sinopsis, dan
treatmen (urutan sajian naskah), kemudian dikonsultasikan kepada ahli
materi dan ahli media agarmen dapatkan masukan dari kebenaran aplikasi atau
penerapan konsep sertakemenarikannya.
(e) Visualisasi ide: sinopsis dan
treatmen yang sudah disetujui kemudian dikembangkan dalam uraian visual dan
audio menjadi sebuah naskah. Langkah awal penulisan naskah, sebaiknya dimulai
dari uraian visual dari detik awal hingga akhir dan sebisa mungkin juga sudah digambarkan
durasi dari visual tersebut. Setelah uraian visual lengkap kemudian dilengkapi
dengan audio. Dalam audio meliputi musik, narasi, sound efeks, direct sound,
dan sebagainya mulai daripembuka sampai
penutup program.
(f) Memilihformat penulisan Naskah. Format
penulisan naskah secara umum ada dua macam yaitu satu kolom dan dua kolom.
Untuk program pembelajaran yang dianjurkan adalah format dua kolom. Menentukan
format sajian: format sajian secara umum ada banyak,misalnya: dokumenter,
feature, kuis, news, presenter, naratif, dsb. Pilihlahyang tepat sesuai materi
dan kemenarikan
(g) Metode pembelajaran: Naskah
video/televisi pembelajaran sebaiknya ditulisdengan memperhatikan metode
pembelajaran.
(h) Pengemasan secara
edutainmen: Hal lain yang harus diperhatikan di dalammenulis naskah adalah
kemenarikan program. Istilah umum untuk program pembelajaran penyajiannya
yaitu , artinya mendidik
danmenghibur (perlu dan menarik). Untuk membuat menarik ada beberapa
cara,misalnya adanya konflik, lucu, human interes (menyentuh perasaan),
bintang,terkenal, berbeda, mutakhir, dsb.
(5)
Pengkajian
Naskah
Setiap naskah harus dikaji oleh ahli
materi, ahli media, dan ahli bahasa. Ahli materi mengkaji aspek sajian materi
dan aspek pembelajaran. Dari aspek materi misalnya: kesesuaian materi dengan
kurikulum (standar isi) kebenaran, kecukupan, dan ketepatan pemilihan aplikasi
atau contohnya Ahli media mengkaji dari aspek penyajian (media), misalnya:
kemenarikan penyampaian materi tersebut sesuai karakteristik media video,
karakteristik pemain, perwatakan,animasi, adegan, konflik, musik, sound effect,
format program, alur program dan sebagainya. Sedangkan ahli bahasa mengkaji
kaidah dan pilihan kata sesuai dengan karakteristik sasaran.Ahli bahasa
mengkaji dari aspek kebahasaan. Aspek ini meliputi: pilihan kata, penggunaan
kalimat, hubungan antar paragraf, tanda baca, ejaan, dsb. Khusus untuk naskah
bagi pendidikan informal, misalnya berupa sinetron, kartun, dan sebagainya,
perlu juga dikaji oleh ahli psikhologi. Naskah dinyatakan final dan siap untuk
diproduksi apabila sudah disetujui dan ditandatangani oleh ketiga pengkaji
tersebut.
Disinilah akhir
kegiatan praproduksi dimanaNaskah yang sudah dinyatakan final/laik produksi selanjutnya
diserahkan kepada Sutradara untuk diproduksi.Hasil akhir dari tahap praproduksi
yaitu naskah video pembelajaran yang telah disetujui oleh pengkaji dan
dinyatakan kebenarannya, sehingga naskah tersebut laik produksi
b)
Produksi
Setelah naskah diterima oleh
Sutradara, untuk melakukan kegiatan produksi, maka langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan yaitu :
(1) Rembuk Naskah ( Script
Conference )
Setelah
Sutradara menerima dan mempelajari naskah, maka Sutradara meminta kepada
Produser untuk dilakukan rembuk naskah dengan penulis naskah, ahli materi dan
ahli media. Rembuk naskah diperlukan untuk menyamakan persepsi pemahaman
terhadap naskah, sehingga apabila diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan
yang fatal. Hasil dari rembuk naskah adalah Sutradara memahami naskah dengan
baik sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji materi, media, dan bahasa. Dengan
demikian Sutradara akan mengubah naskah menjadi bahasa visual dan audio yang
terintegrasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang enak ditonton dan
bermanfaat.
(2)
Pembentukan Tim Produksi (Production Crews)
Setelah
Sutradara memahami naskah dengan baik, langkah selanjutnya adalah membentuk Tim
Produksi. Tim produksi atau kru produksi, biasa juga disebut kerabat kerja
merupakan sekumpulan orang yang mempunyai profesi atau keahlian berbeda-beda
tetapi setelah disatukan menjadi sebuah tim yang kompak sehingga menghasilkan
sebuah karya yang luar biasa.
(3) Membuat Shooting Script
Setelah tim produksi terbentuk dan
masing-masing sudah mempelajari naskah, maka mereka melakukan rapat untuk
membuat Shooting Script/story board (naskah untuk pengambiln gambar) di
dalam naskah ini terdapat gambaran secara lengkap setiap adegan bahkan shot
(gambara), misalnya siapa yang muncul, bagaimana gerakan, dimana posisi obyek,
dan melakukan apa, kemudian di mana posisi kamera dan angle camera serta
bagaimana cara pengambilan gambarnya, apakah secara tilt up, tilt down,follow,
atau yang lain, kemudian di mana lampu dan bagaimana suasana yang ingin
diciptakan, dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan
tuntutan naskah.
(4) Penyusunan Anggaran
Penyusunan
anggaran disusun berdasarkan pertimbangan berbagai hal yaitu:
(a) Lamanya syuting
(b) Jumlah tim produksi
(c) Lokasi : di studio, di luar studio,
jauh dekatnya dan berapa tempat
(d)Pemain : bintang atau bukan dan
jumlahnya
(e) Peralatan yang dipakai
(f) Setting dan properti yang
diperlukan.
(g) Faktor kesulitan (stuntman, animasi)
(h) Musik (buat sendiri atau beli hak
cipta), dan lain sebagainya.
(5) Pemilihan Pemain(Casting)
Jika
suatu program memerlukan pemain, maka pemain harus dipilih sesuai dengan
tuntutan naskah. Kesalahan pemilihan pemain, atau karakter pemain, menyebabkan
kesalahan penyampaian materi atau menjadi tidak menarik. Pemain merupakan
salahsatu kunci keberhasilan, memakai bintang atau tidak harus dipertimbangkan
dengan matang, sebab ada untung dan ruginya. Untungnya yaitu sajian lebih
menarik dan orangsuka menonton bintang, kerugiannya biayanya mahal. Bukan
bintang harus dipertimbangkan bahwa mereka betul-betul dapat menjiwai karakter
yang dituntut dalam naskah.
(6) Pencarian Lokasi(Hunting)
Pemilihan
lokasi untuk pengambilan gambar harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan naskah.
Kalau ingin mengubah lokasi syuting demi pertimbangan penghematan, perlu
dibicarakan ketika rembuk naskah, atau jika dimungkinkan karena adanya
teknologi (chroma key, virtual, dsb). Kalau sebab akan berakibat fatal dan
ditokal ketika preview.Lokasi syuting dapat dil luar atau di studio tergantung
dari kemudahan dan efektifitasdari pengambilan gambar dan tuntutan naskah.
Sebab semua yang ada di naskah sudah dipertimbangkan efektifitas untuk
penyampaian pesan.
(7) Rapat Tim Produksi (Production
Meeting)
Di
dalam pertemuan ini dilakukan diskusi teknis pelaksanaan produksi,
masing-masing profesi menyampaikan persiapan yang sudah dan sedang dilakukan
serta mencari solusi permasalahan yang belum terselesaikan. Alat, bahan, dll
sesuai dengan tugasnya.Di dalam pertemuan ini harus sudah ditemukan:
(a) Jadwal syuting
(b) Dana
(c) Lokasi
(d) Pemain
(e) Perizinan
(f) Kostum dan make up
(g) Kamera
(h) Jenis lampu
(i) Alat pendukung
(j) Transportasi, konsumsi, dan
akomodasi
(k) Keamanan
(l) Properties
(m) Musikdan lain sebagainya.
(8)
Setting Lokasi(Blocking Area /Location Set)
Sebelum malakukan pengambilan gambar
Sutradara bersama sama tim produksimengadakan penataan lokasi dan setting
properti sesuai yang dibutuhkan dalam naskah.Prosedur ini berlaku untuk
perencanaan shoting baik di dalam maupun luar studio.Disamping itu pula
penempatan camera(camera blocking) sudah harus tergambarkan dalam areal ini.
(9) Pengambilan Gambar
Setelah
semua persiapan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu produksi
atau pengambilan gambar. Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk merubah ide
dalam bentuk naskah ke bentuk gambar dan atau suara. Kegiatan Produksi harus
mencari dan mendapatkan gambar dan atau suara dengan kualitas prima sesuai yang
diinginkan (sesuai Naskah, Shooting Script, Story Board).Gambar yang kita
saksikan di pesawat televisi, dihasilkan dari kerja sebuahVideo Camera,
tetapi jika yang kita saksikan hanya gambar saja, maka dapat dipastikan
tayangan itu tidak menarik, karena itu diperlukan Microphone dan peralatan
audiolainnya untuk melengkapi gambar tayangan dengan suara atau audio,
selanjutnya gambar yang dihasilkan dari Video camera dan Suara yang dihasilkan
Microphone digabungkan dalam suatu media penyimpanan dengan menggunakan
Recorder
c)
Pascaproduksi
Setelah
sekumpulan gambar dan suara diterima oleh editor, maka langkahselanjutnya yaitu
tahap pemilihan gambar dan suara yang terbaik. Gambar dansuara tersebut
kemudian disambung-sambung. Tahap ini cukup panjang, yaitumeliputi:
(1) Editing (Penggabungan dan Pemilihan
Gambar)
Editing adalah merangkai gambar
dengan gambar, gambar dan suara dengan gambar,suara dengan suara menjadi satu
rangkaian yang kronologis sehingga mampu menyampaikan pesan sesuai dengan
naskah, dan enak ditonton, menghibur. Kegiatan ini adalah gabungan antara seni
dan teknik dari bahan dasar berupa potongan gambar dan suara atau populer
dengan nama clip, yang dipadukan dan diolah sehingga mempunyai arti dan makna
yang jelas.Proses seni dalam video editing terdiri dari apa saja bagian yang
diambil, dihapus atau digabungkan dari berbagai sumber agar menjadi satu, masuk
akal dan enak untuk dilihat.
Sementara proses teknik meliputi
kemampuan untuk mewujudkan ide dari seni itusendiri, bagaimana hasil seni itu
bisa dinikmati oleh orang lain, bisa berupam Film,Casset Video maupun piringan
Cakram (Video CD DVD ).Pada dasarnya pengertian editing adalah menghubungkan
antara shot/visual atau suaradengan shot/visual atau suara yang lain dengan
menggunakan bentuk transisi tertentuagar menjadi kesatuan informasi yang
berkesinambungan.
Tiga bentuk edit atau penyambungan gambar
yaitu : pertamaCut.Dipergunakan untuk : Kontinyuitas gerak/action yang
relatif cepat.,Menunjukkan sesuatu yang saling berkaitan ( impact ), Perubahan
informasi atau tempat, dan sebagainya. Kedua, Mix/disolve.Dipergunakan
untuk : Perubahan waktu, Menyampaikan dua infonnasi dalam satu frame, Perubahan
waktu setempat secara perlahan, Flashback, bayangan pikiran, dan sebagainya.
Dan ketiga,
Fade. Fade terbagi juga atas tiga yaitu: pertama Fade in ( From black screen
to full image ). Dipergunakan untuk: permulaan program, permulaan scene,
perubahan waktu, perubahan lokasi, dan sebagainya. Kedua,Fade out ( From
full image to black screen ). Dipergunakan untuk: ending program, ending scene,
perpindahan waktu, perpindahan lokasi
(2) Mixing (Pengisian Musik)
Mixing
merupakan kegiatan memadukan gambar dan suara agar menjadi satu kesatuanprogram
yang enak dilihat dan didengar. Dalam memadukan gambar dapat memadukan2 atau
lebih gambar agar dapat tampil dalam satu frame, di samping itu jugamemadukan
suara dengan suara agar menjadi satu kesatuan yang enak didengar.
(3)
Preview
Setelah
editing dan mixing selesai dilakukan, maka media video/televisi dinyatakan siap
dipreview. Preview melibatkan Sutradara, ahli materi, ahli media, dan penulis.
Kegiatan preview atau istilah di alam evaluasi disebut expert judment untuk
melihat apakah mediayang dibuat sesuai dengan perencanaan (naskah).
(4) Ujicoba
Program
yang sudah selesai diproduksi dan dipreview, kemudian diujicobakan kelapangan.
Uji coba sangat perlu, karena kadang apa yang dikonsep oleh penulis dan para
ahli belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hal ini terutama yang
berkaitan dengan pemilihan aplikasi atau penerapan konsep dan pilihan kata atau
bahasa. Kadang menurut kita bahasa sudah mudah dipahami, tetapi ternyata
dilapangan siswa tidak paham dengan apa yang kita makusd. Hasil dari uji
cobamerupakan masukan untuk dilakukan revisi atau langsung dapat dipakai untuk
media pembelajaran di kelas atau disiarkan.
(5) Revisi
Setelah
uij coba dilakukan, kalau ada masukan dari lapangan, maka harus direvisisesuai
masukan. Kadang masukannya sangat mendasar, dalam kondisi ini kalau perlu
naskah ditulis ulang atau cukup direvisi bagian-bagian yang perlu saja.
(6) Distribusi/Penyiaran
Setelah
semua sudah sesuai dengan perencanaan dan cocok untuk dimanfaatkan dilapangan,
maka tahapan terakhir yaitu distribusi atau disiarkan
4)
Kelebihan
dan Kekurangan Bahan Ajar Audio Video
Menurut
Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video multi-suara bisa ditujukan bagi
beragam tipe pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka bahasa untuk
menjelaskan isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan kemampuan memperlihatkan
suatu objek dari pelbagai sudut pandang yang berbeda. Disc juga memberikan
fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik, jejak atau kode-waktu untuk
pencarian yang lebih cepat.
Media
video dapat memberikan dampak positif terhadap tiga ranah dalam pembelajaran
yaitu:
(a)
Pada
ranah kognitif, pebelajar bisa mengobservasi
rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari
peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat
karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum
membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
(b)
Pada
ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam
merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini
tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional
impact yang dimiliki oleh video, di mana ia
mampu secara langsung membetot
sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa
terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis
berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada
penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang
tertindas.
(c)
Pada
ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam
memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemons-trasikan
bagaimana tatacara merangkai bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau
memasak pada pelajaran tataboga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa
lebih simpel, mendetail, dan bisa diulang-ulang. Video pembelajaran yang
merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk
mengamati dan mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun
feedback dari teman-temannya.
Namun media audio video juga
memiliki kekurangan antara lain pertama Pembelajaran dengan
mengggunakan media video harus menggunakan sumber listrik. Kedua, Pita kaset mudah
rusak jika penyimpanannya kurang baik maka pindahkan ke cd.
Ketiga, Pengadaan
videoumumnya memerlukan biaya yang lebih mahal dan waktu yang lebih banyak. Keempat,Umumnya
komunikasi hanya satu arah kecuali video yang kusus dipersiapkan yang dapat
meningkat aktivitas siswa. Kelima,
Video yang ada tidak selalu sesuia dengan kebutuhuan dan tujuan belajar yang diingnkan keccuali video yang dirancang dan diproduksi sendiri. Dan keenam,Penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.
Video yang ada tidak selalu sesuia dengan kebutuhuan dan tujuan belajar yang diingnkan keccuali video yang dirancang dan diproduksi sendiri. Dan keenam,Penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.
D.
RANGKUMAN
Bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak dan bahan ajar
noncetak. Bahan ajar cetak berupa modul, LKS, Kompilasi, dan Handout. Modul adalah unit kerja yang terdiri
dari komponen kompponen yaitu (1)petunjuk guru dan siswa dalam mempelajari
modul, (2)komponen uraian yang lengkap dan bahasanya komunikatif,(3) adanya
rangkuman, (4) tes formatif/soal yang mengacu pada ketercapaian kompetensi
(essay dan objektif) yang harus dibuat petunjuk mengerjakan soal, soal dan
bobot soal, dan total score, (5) lembaran jawaban (adanya kunci jawaban baik
objektif atau esaay), (6) umpan balik ( misalnya hasil tes masih rendah dan
materi kurang dipahami maka siswa disuruh membaca dan mengerjakan kembali modul
tersebut, tapi jika sudah paham boleh emlanjutkan ke modul berikutnya.
Penggunaan modul akan efektif digunakan pada siswa yang memiliki kemandirian
yang tinggi, Kecerdasan dan kemampuan siswa di atas rata-rata dan siswa yang
mempunyai motivasi dan kesadaran belajar yang tinggi.
LKS menurut Dhari dan Haryono (1988)
adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan
kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan
– pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Kompilasi secara etimologis, berarti kumpulan/himpunan yang tersusun secara teratur. Term Kompilasi
diambil dari compilation (Inggris) atau compilatie
(Belanda) yang diambil dari kata
compilare, artinya mengumpulkan bersama-sama, seperti mengumpulkan
peraturan-peraturan yang tersebar berserakan di mana-mana. Istilah ini
kemudian dipergunakan dalam bahasa Indonesia kompilasi, sebagai
terjemahan langsung.
Dan Handout
adalah bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Termasuk pada media ajar cetak (printed). Handout
berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat lembaran.
Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di
atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya diambil dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang
diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Dalam menulis bahan ajar cetak Secara umum ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu: pertama, Menulis sendiri (Starting
From Scratch). Bahan ajar
dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis
sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar
secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah
atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki
keahlian di bidang ilmu tertentu. Kedua. Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging).
Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar
sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku
teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk
bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat
dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional.
Ketiga, Penataan informasi (Compilation atau Wrap
Around Text). Selain
menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh
materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll.
Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi
(kompilasi).
Kemudian bahan
ajar noncetak berupa media audio dan media video. Media audio Menurut Setyosari dan
Sihkabuden,( 2005: 148; Yudhi Munadi, 2008) Media Audio (media dengar) adalah
media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata
lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur
bunyi atau suara semata. Dan media Video, dilihat sebagai media
penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar
(setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audio visual dapat dibagi
menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar
dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media
audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk
jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya
yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113).
E.
LATIHAN
1.
Jelaskan perbedaan antara
modul dengan handout dari segi materi dan sistematika penyusunan
masing-masingnya!
2.
Di dalam materi telah
diuraikan mengenai cara menanggulangi kelemahan sebuah LKS, sekarang berikan
pendapat Anda bagaimana langkah-langkah penggunaan LKS dalam pembelajaran agar
tidak terjadi peristiwa dimana siswa mengisi LKS hanya dengan meniru hasil LKS
yang telah diisi oleh temanny sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai!
3.
Ketika rekaman media audio,
kesalahan dalam rekaman dapat terjadi walaupun telah dilakukan latihan sebelum
proses rekaman terjadi. Bagaimana caranya perbaikan yang dapat dilakukan oleh
sutradara?
4.
Buatlah sebuah bahan ajar cetak dengan cara penataan
informasi!
5.
Buatlah sebuah naskah media audio bertemakan
pendidikan!
F. DAFTAR
BACAAN
Jasmadi, dkk. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Arifin, samsul. 2007. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi.
Jakarta: PT Grasindo
Wahyu, Wibowo.2012. Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi. Jakarta: Bidik Phronesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar