Jumat, 11 Juli 2014

Macam-macam Bahan Ajar




A.           PENDAHULUAN
                                 
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dalam bab II ini Anda akan mempelajari konsep dasar bentuk-bentuk bahan ajar yang berkenaan dengan pengertian, karakterisrik, dan prosedur penyusunan bentuk-bentuk bahan ajar yang berupa bahan ajar cetak dan non cetak, Disamping itu juga mempelajari tentang sistematika penyusunan bahan ajar cetak berupa menyusun sendiri, pengemasan kembali, dan penataan kembali.
Pengetahuan tentang hal-hal di atas merupakan dasar yang harus diperoleh bagi Anda yang mempelajari kuliah Pengembangan Bahan Ajar dan sebagai pencapaian kompetensi S1 Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yaitu sebagai pengembang media pembelajaran dan bahan ajar merupakan salah satu media pembelajaran. Dan pada bab berikutnya Anda akan mempelajari materi yang berkenaan dengan pemilihan bahan ajar.

B.            TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat:
1.    Memahami konsep dasar bentuk-bentuk bahan ajar baik bahan ajar cetak maupun bahan ajar noncetak, dan sistematika penyusunan bahan ajar cetak.
2.    Memahami kelebihan dan kelemahan masing-masing bahan ajar.
3.    Menuliskan sebuah bahan ajar dengan salah satu teknik penulisan bahan ajar yang ada.

C.           URAIAN MATERI
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (National Center for Vocational Education Research,1998). Bahan ajar tersebut terdiri dari beberapa  bentuk sebagai berikut:

1.             Bahan Ajar Cetak
a.             Modul
1)   Pengertian Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
                                    Gambar 14 : contoh modul pembelajaran
2)   Karakteristik Modul
Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
a)   Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:
(1)          Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
(2)          Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
(3)          Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran;
(4)          Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;
(5)          Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
(6)          Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
(7)          Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
(8)          Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peng- gunaan diklat melakukan ‘self assessment’;
(9)          Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
(10)      Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi; dan
(11)      Bersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b)   Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
c)    Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
d)   Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
e)    User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

3)   Komponen-komponen Modul
Komponen-komponen adalah bagian-bagian yang menunjukkan identitas sesuatu. Komponen-komponen modul mencakup :
a)        Lembaran Petunjuk Guru
b)        Lembaran Kegiatan Siswa
c)         Lembaran Kerja Siswa, berisikan tugas-tugas atau persoalan-persoalan yang harus dikerjakan oleh murid setelah mempelajari lembaran kegiatan murid.
d)        Kunci Jawaban untuk Lembaran Kerja Siswa, lembaran ini berisikan jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan mempergunakan lembaran kerja. Dengan kunci jawaban ini siswa dapat mengoreksi sendiri apakah pekerjaannya telah dilaksanakan dengan baik.
e)         Lembaran Tes, berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.
f)         Kunci Jawaban untuk Lembaran Tes, berisi jawaban yang benar untuk setiap soal yang ada dalam lembaran penilaian, ialah digunakan sebagai alat untuk koreksi sendiri terhadap pekerjaan yang dilakukan.

4)   Prosedur Penyusunan Modul
a)   Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang telah diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.
Pada dasarnya tiap satu standar kompetensi dikembangkan menjadi satu modul dan satu modul terdiri dari 2-4 kegiatan pembelajaran. Perlu disampaikan bahwa yang dimaksud kompetensi disini adalah standar kompetensi dan kegiatan pembelajaran adalah kompetensi dasar.
b)   Desain Modul
Desain penulisan modul yang dimaksud di sini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan/penulisan modul.
Penulisan modul belajar diawali dengan menyusun buram modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram sampai dengan selesainya proses validasi dan uji coba. Bila hasil uji coba telah dinyatakan layak, barulah suatu modul dapat diimplementasikan secara riil di lapangan.
c)    Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.
d)   Penilaian
Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.
e)    Evaluasi dan Validasi
Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran, secara periodik harus dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. Untuk keperluan evaluasi dapat dikembangkan suatu instrumen evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul tersebut. Instrumen ditujukan baik untuk guru maupun peserta didik, karena keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu modul. Dengan demikian hasil evaluasi dapat objektif.
Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target berlajar, maka modul dinyatakan valid (sahih). Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari. Bila tidak ada, maka dilakukan oleh sejumlah guru yang mengajar pada bidang atau kompetensi tersebut. Validator membaca ulang dengan cermat isi modul. Validator memeriksa, apakah tujuan belajar, uraian materi, bentuk kegiatan, tugas, latihan atau kegiatan lainnya yang ada diyakini dapat efektif untuk digunakan sebagai media mengasai kompetensi yang menjadi target belajar. Bila hasil validasi ternyata menyatakan bahwa modul tidak valid maka modul tersebut perlu diperbaiki sehingga menjadi valid.
Ada sejumlah kelebihan yang dimiliki oleh modul, yakni antara lain: pertama, meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat; kedua, menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik; ketiga, secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; keempat, mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi; kelima, untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri.
Selain kelebihan, modul sebagai bahan ajar juga memiliki kekurangan, yakni antara lain: pertama, Bila peserta didik tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran; kedua, kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria peserta didik; ketiga, kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul. Jika peserta didik tidak dapat melakukan hal-hal tersebut mka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai; keempat, tidak cocok untuk peserta didik yang memiliki kemampuan menangkap dengan audio.

b.            LKS
1)    Pengertian LKS
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Jadi, Lembar Kerja Siswa ( LKS) bisa diartikan lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Prinsipnya lembar kerja siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Mengandung permasalahan (problem solving) sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikir mereka dengan memecahkan permasalahan tersebut.
Lembar kerja siswa merupakan bahan pembelajaran cetak yang yang paling sederhana karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKS sangat baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, sedangkan dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan.. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar
Gambar 15 : lembar kerja siswa
2)    Karakteristik LKS
LKS memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan bahan ajar lainnya, yakni sebagai berikut:
a)         LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan.
b)        Merupakan bahan ajar cetak.
c)         Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik.
d)        Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dll.

3)    Komponen-komponen LKS
Lembar Kerja Siswa atau yang biasa disebut dengan LKS tersusun dengan komponen-komponen sebagai berikut:
a)         Kata pengantar
b)        Daftar isi
c)         Pendahuluan ( berisi analisis / daftar dari tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian berdasarkan hasil analisis dari GBPP)
d)        Bab 1 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut.
e)         Lembar kerja : berisi berbagai soal ataupun penugasan yang akan dikerjakan oleh siswa
f)         Bab 2 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut.
g)        Lembar kerja dst.
h)        Daftar pustaka

4)    Prosedur Penyusunan LKS
Dalam pembuatan lembar kerja siswa perlu diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting, diantaranya sebagai berikut.
a)         Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan yang penting.
b)        Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta desainnya menarik dan indah.
c)         Susunan kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut : sederhana dan mudah dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya diperkenalkan, serta informasi / penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar catatan peserta didik.
d)        Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik, menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.
Agar lebih spesifik lagi pembahasan tentang cara pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) maka diklasifikasikan sebagai berikut :pertamaSyarat didaktik. Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar- mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
Kedua, Syarat konstruksi. Syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS, menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
Ketiga, Syarat teknis, dari segi teknis LKS memiliki beberapa pembahasan yaitu:
1)   Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.
2)   Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
3)   Penampilan
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
Uraian di atas merupakan syarat khusus pembuatan lembar kerja siswa, jika sudah terpenuhi maka melangkah pada syarat umum yang harus dipenuhi untuk membuat LKS yaitu:pertama, Melakukan analisis kurikulum baik SK,KD, indikator, maupun materi pokok; kedua, Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa yaitu pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya.; ketiga, Menentukan judul LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas; keempat, Mencetak lembar kerja siswa dan menentukan lembar penilaian. Dan langkah-langkah prosedur penulisan LKS yaitu sebagai berikut:
1)   Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, Indikator dan materi pokok.
2)   Menyusun peta kebutuhan LKS
3)   Menentukan judul LKS
4)   Menulis LKS
5)   Menentukan alat Penilaian
Sebagai bahan ajar, LKS memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut antara lain; Guru dapat menggunakan lembar kerja siswa sebagai media pembelajaran mandiri bagi peserta didik; Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar; Praktis dan harga cenderung terjangkau tidak terlalu mahal; Materi didalam LKS lebih ringkas dan sudah mencakup keseluruhan materi; Dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesame teman; Kegiatan pembelajaran menjadi beragam dengan LKS; Sebagai pengganti media lain ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan dengan listrik maka kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS; dan LKS tidak membutuhkan listrik dalam penggunaannya sehingga bisa digunakan oleh SD di pedesaan maupun di perkotaan.
Selain kelebihan, LKS pun memiliki kekurangan sebagai bahan ajar antara lain yaitu; pertama, Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu; kedua, Adanya kekhawatiran karena guru hanya mengandalkan media LKS tersebut serta memnfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS kemudian guru meninggalkan siswa dan kembali untuk membahas LKS itu. Ketiga, LKS yang dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok antara konsep yang akan diajarkan dengan LKS tersebut.Keempat,LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal,tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar.Kelima, Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat.Keenam, Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada pelajaran yang bersifat kognitif, jarang menekankan pada emosi dan sikap.Ketujuh,Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain. Namun kekurangan yang dimiliki oleh LKS tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut:
1)   Guru diharapkan membuat LKS yang memiliki soal-soal yang beragam, sehingga soal-soal yang ada tidak kebanyakan terulang-ulang.
2)    Peningkatan kualitas professional guru perlu dan juga peningkatan kesadaran seorang guru sebagai pendidik.
3)   Sekolah sebaiknya tidak terpaku dengan LKS yang dikeluarkan oleh penerbit tetapi diharapkan dengan keprofesionalan guru dapat membuat lembar kerja siswa yang lebih bermutu tinggi dari pada yang dikeluarkan penerbit.
4)   Untuk menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru mempunyai buku pegangan selain LKS dan didalam LKS tidak hanya soal-soal yang wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk peserta didik juga perlu.
5)   Guru bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang menunjang, misalnya audio-visual kalau ada.
6)   Menambah kagiatan – kegiatan yang menstimulus siswa untuk aktif baik bertanya kepada guru maupun menjawab pertanyaan guru.
7)   Untuk menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media satu dengan yang lain. Ataupun menambah sebuah kegiatan diluar kegiatan yang ada pada LKS tersebut.
c.             Kompilasi
1)    Pengertian Kompilasi
Secara etimologis, “kompilasi” berarti kumpulan/himpunan yang tersusun secara teratur. Kompilasi diambil dari compilation (Inggris) atau compilatie (Belanda) yang diambil dari kata compilare, artinya mengumpulkan bersama-sama, seperti  mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan di mana-mana. Istilah ini kemudian  dipergunakan dalam bahasa  Indonesia kompilasi, sebagai terjemahan langsung.
Dalam kamus Webster’s Word University, kompilasi (compile) didefinisikan: “mengumpulkan bahan-bahan yang tersedia ke dalam bentuk teratur, seperti dalam bentuk sebuah buku, mengumpulkan berbagai macam data”. Kamus New Standard yang disusun oleh Funk dan Wagnalls, mengartikan: Suatu proses kegiatan pengumpulan berbagai bahan untuk membuat sebuah buku, tabel, statistik atau yang lain dan mengumpulkannya seteratur mungkin setelah sebelumnya bahan-bahan tersebut diseleksi. Sesuatu yang dikumpulkan seperti buku yang tersusun dari bahan-bahan yang diambil dari sumber buku-buku. Menghimpun atau proses penghimpunan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompilasi adalah suatu kegiatan pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang diambil dari berbagai buku maupun  tulisan mengenai sesuatu persoalan tertentu. Pengumpulan bahan dari berbagai  sumber yang dibuat oleh beberapa penulis yang berbeda untuk ditulis dalam suatu buku tertentu, sehingga dengan kegiatan itu semua bahan yang diperlukan akan dapat ditemukan dengan lebih mudah.


2)    Prosedur Penyusunan Kompilasi
Untuk menyusun sebuah bahan ajar kompilasi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain yaitu:
a)    Kumpulkan seluruh bahan yang akan dijadikan acuan, seperti yang tercantum dalam GBPP atau silabus.
b)   Tentukan bagian-bagian buku atau sumber yang sesuai GBPP atau silabus
c)    Fotocopy seluruh bagian sumber yang digunakan per pokok bahasan
d)   Pilah-pilahlah berdasarkan urutan pokok bahasan
e)    Buatlah halaman penyekat untuk masing-masing pokok bahasan
f)    Jilidlah dengan rapi
Kompilasi disusun sendiri oleh guru dengan mengumpulkan bahan yang ada sehingga kompilasi memiliki kelebihan yaitu materi yang disajikan akan lebih sesuai dengan tujuan masing-masing SK dan KD materi.  Selain itu kekurangan materi masing-masing buku dapat ditanggulangi dengan kompilasi ini karena kompilasi memang sengaja disusun oleh guru dari beberapa sumber yang ada sehingga memudahkan siswa mencari informasi. Namun kompilasi juga memiliki kekurangan dari segi penyajian visualnya. Jika guru yang menulis kompilasi kurang kreatif dalam penyajian, tidak akan memberikan motivasi kepada siswa untuk membacanya.
d.            Handout
1)    Pengertian Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok. Handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku (http//kiat menyusun bahan ajar « catatan kecil guru madrasah.html posted by zaenalkhayat pada september 23, 201)
Handout adalah bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Termasuk pada media ajar cetak (printed). Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Istilah Handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru.(Http//media handout.posted by chairil pada februari 2009). Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. (Http//media handout.posted by chairil pada februari 2009)
Handout merpakan uraian bahan ajar yang ada dalam bentuk kurikulum atau persiapan mengajar (GBPP/Silabus,SAP/RPP), bisa berua ringkasan dari bahan terurai yang ada dalam buku teks. Handout merupakan bahan dasar bagi peserta didik untuk kemudian diperdalam dan diperluas baik dalam kegiatan pemeblajaran, kegiatan di laboratorium, kegiatan lapangan , amupun melalui kajian atas buku sumber wajib dan referensi.
Bentuk Handout dapat bervariasi. Menurut Nurtain bentuk Handout ada tiga yaitu :
a)    Bentuk catatan
Handout ini menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok tentang suatu topik yang akan dibahas.
b)   Bentuk diagram
Handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis secara lengkap maupun yang belum lengkap.
c)    Bentuk catatan dan diagram
Handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.
                        Gambar 16 : handout
2)    Komponen-komponen Handout
Komponen handout terdiri dari:
a)    Standar kompetensi. Adalah tujuan yang dicapai siswa setelah diberi satu pokok bahasan yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang hal-hal yang dikuasai siswa.
b)   Kompetensi dasar. Adalah tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti pelajaran untuk 1 kali pertemuan. Fungsinya untuk memberikan fokus pada siswa pada sub pokok bahasan yang sedang dihadapi.
c)    Ringkasan materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari bahan ajar yang akan disampaikan atau diberikan pada siswa dan telah disusun secara sistematis. Fungsinya agar memungkinkan siswa dapat mengetahui sistematika pelajaran yang harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam pengayaan diluar proses mengajar dikelas.
d)   Soal-soal. Adalah permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah ia menerima atau mempelajari materi pelajaran tersebut, penyelesaian soal itu dikumpul atau dinilai, kemudian dibahas secara bersama-sama untuk membantu siswa dalam melatih memahami materi pelajaran yang akan diberikan.
e)    Sumber bacaan. Adalah buku atau bahan ajar apa saja yang akan digunakan atau menjadi sumber dari materi pelajaran yang diberikan. Fungsinya untuk menelusuri lebih lanjut materi pelajaran yang akan disampaikan

3)    Prosedur Penyusunan Handout
Penyusunan Handout disusun atas dasar kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka Handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun Handout adalah sebagai berikut :
a)   Melakukan analisis kurikulum
b)  Menentukan judul Handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai.
c)   Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
d)  Menulis Handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas.
e)   Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan kekurangan-kekurangan.
f)   Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi Handout misalnya buku, internet, majalah, dan jurnal hasil penelitian.
Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih Handout adalah pertama, Substansi materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi.Kedua, Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang defenisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya. Ketiga, sebuah handout tersebut harus padat pengetahuan. Keempat, Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan. Kelima, Kalimat yang disajikan dalam handout tersebut haruslah sangat singkat dan jelas. Keenam, materi handout dapat diambil dari buku atau internet.
Dalam penyusunan Handout harus singkat dan jelas. Menurut Aziz, persyaratan suatu Handout Yaitu :
a)      Handout memuat kerangka materi yang mungkin berisikan pernyataan, definisi, konsep, rumus, dan sejenisnya.
b)      Disajikan dalam bentuk pernyataan, daftar, dan diagram.
c)      Penyajian informasi hendaknya diringkas, padat, dan mudah dipahami siswa.
Menurut Davies kegunaan Handout dapat membantu siswa untuk Memperoleh informasi tambahan yang belum tentu mudah diperoleh secara cepat dari tempat lain, Memberikan rincian prosedur atau teknik pelaksanaan yang terlalu kompleks bila menggunakan media audiovisual, Materi yang terlalu panjang/kompleks yang telah diringkas dalam bentuk catatan yang mudah dipahami, Dapat menggantikan catatan siswa, Memelihara kekonsistenan penyampaian materi dikelas oleh guru, Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik, Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru, Untuk memperkenalkan informasi atau teknologi baru, Untuk dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa, Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi, dan Untuk dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan

Menurut Panen dan Purwanto (2004), penyusunan bahan ajar dapat dilakukan melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar cetak, yaitu:
a.             Menulis sendiri (Starting From Scratch)
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional. Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada kurikulum, (b) rencana atau program pengajaran, dan (c) silabus yang telah disusun.
b.            Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging)
Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional. Bahan atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis kembali/ulang dengan dengn gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar (digubah), juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya.
c.             Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text)
Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi).Proses penataan informasi hampir mirip dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun, dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap buku teks, materi audiovisual, dan informasi lain yang sudah ada di pasaran. Jadi buku teks, materi audiovisual dan informasi lain tersebut digunakan secara langsung, hanya ditambahkan dengan pedoman belajar untuk peserta didik tentang cara menggunakan materi tersebut, latihan-latihan dan tugas yang perlu dilakukan, umpan balik untuk peserta didik dan dari peserta didik.

2.             Bahan Ajar  Non Cetak
a.             Bahan Ajar Audio
1)   Pengertian Bahan Ajar Audio
Menurut sadiman ( 2005:49 ), Media audio adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk lambang – lambang auditif, baik verbal (kedalam kata – kata atau bahasa lisan ) maupun non verbal. Menurut sudjana dan Rivai ( 2003 :129 ), Media audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan sisiwa sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Menurut Setyosari dan Sihkabuden,( 2005: 148; Yudhi Munadi, 2008), Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata.

2)   Karakteristik Bahan Ajar Audio
Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut:
a)      Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas),
b)   Pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya,
c)    Dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya,
d)   Dapat mengatasi masalah kekurangan guru,
e)    Sifat komunikasinya hanya satu arah,
f)    Sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa,
g)   Pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
3)   Alat dan Bahan
Menurut Rivai ( 2005 : 152 ) dalam pembuatan atau penggunaan media ada beberapa peralatan pokok yang harus diperhatikan diantaranya :
a)    mikrofon, alat perekam (recorder ),
b)   alat pemutar hasil rekaman ( player),
c)    alat penyampur sumber suara (mixer) dan beberapa fasilitas lainnya yang diperlukan.

4)   Prosedur Penyusunan Bahan Ajar Audio
a)   Studio Produksi
Program audio di rekam dalam suatu studio produksi atau yang biasa disebut dengan studio rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan yaitu ruang control dan ruang studio. Ruang control biasanya terdiri alat rekaman audio, alat pemutar audio, alat pemadu suara, tombol pengatur suara, dan alat pnyunting suara.
Ruang studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruang ini dilengkapi dengan berbagai microphone, tempat untuk duduk pemain, alat music misalnya piano, perlengkapan untuk membuat FX, dan pengeras suara. Kedua ruangan ini dihubungkan dengan intercom sehingga memudahkan orang-orang di ruang control dan ruang studio dapay berkomunikasi.


b)   Pembagian Tugas dalam Produksi
(1) Sutradara
Sutradara adalah pemimpin produksi dan bertanggung jawab atas baik buruknya hasil produksi. Sebelum produksi dimulai, sutradara harus mempelajari naskah dengan teliti.
Setelah naskah dipelajari, sutradara bertugas memperbanyak naskah yang akan diproduksi. Kertas yang digunakan seyogyanya kertas yang agak tebal agar tidak mudah terlipat dan tidak menimbulkan suara ketika memproduksi. Kemudian sutradara harus memilih yang akan membawakan naskah. Bila ia telah menentukan pemain untuk tiap peran, sutradar harus membagikan naskah kepada mereka agar mereka dapat mempelajarinya. Dalam program audio, pemian tidak perllu menghafal naskah karena ketika produksi berlangsung pemian dapat membaca naskah tersebut sesuai perwatakan yang telah ditentukan.
Selanjtunya sutradara harus memesan studio sesuai dengan prosedur yang berlaku agar pada saat yang ditentukan studio tersebut tidak dipakai oleh orang lain dan siap untu digunakan. Sutradara juga harus memilih music yang sesuai dengan suasana yang akan diciptakan dan mencari sound effect yang sesuai dengan naskahnya. Dan sutradara harus bisa bekerjasama dengan teknisi atau operator yaitu orang yang akan membantunya dalam rekaman.
(2) Kerabat Kerja
Dalam produksi audio teknisi atau operator yang dibutuhkan hanya dua orang pertama, operator yang melayani tombol rekaman dan bertugas mengatur jalannya pita rekaman pada alat perekam dan bertanggung jawab mebuat saluran yang menhubungkan mikropohne dengan mesin perekam. Kedua, operator yang bertugas menyiapkan music dan sound effect yang akan digunakan.
(3) Pemain
Pemain adalah orang yang telah ditunjuk untuk membacakan naskah sesuai dengan peran yang tekah ditentukan.pemian harus mengikuti petunjuk sutradara dalam membawakan perannya.

c)    Pelaksanaan Produksi
Pada waktu rekaman yang telah ditentukan sutradara harus dating lebih awal dari para pemainnya dan menyambut mereka dengan ramah. Setelah pemain lengkap sutradara segera memipin latihan. Latihan dapat dilakukan dengan laithan kering yaitu latihan yang dilakukan diluar studio rekaman tanpa music dan sound effect. Tiap pemain membaca bagian masing-masing sesuai dengan urutan naskah.
Setelah latihan selesai pemain dipersilakan masuk ke studio dan mengikuti petunjuk tanda-tanda yang digunakan yang diberikan oleh sutrdara. Kemudian megnadakan tes suara. Setiap pemain diminta membaca di depan microphone secara bergantian. Tinggi rendahnya suara diatur supaya tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras.
Setelah selesai semua pihak siap untuk melakukan latihan basah yaitu latihan di dalam ruangan studio dengan menggunakan music dan sound effect. Setelah latihan berjalan dengan baik rekaman dapat segera dilakukan.
Sedangkan menurut sudjana ( 2005 : 130 ) langkah – langkah yang harus dipersiapkan dalam menggunakan media audio dalam pembelajaran meliputi tiga hal yaitu :
1)      Langkah persiapan yang meliputi : persiapan dalam merencanakan, memberikan pengarahan terhadap siswa mengenai ide – ide yang sulit, menentukan sasaran, periksa peralatan
2)   Langkah penyajian yang meliputi : menyajikan waktu yang tepat, mengatur situasi ruangan, berikan motivasi untuk siswa
3)   Tindak lanjut.

5)   Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Audio
Kelebihan media audio menurut Sadiman ( 2005 :50 ) :
a)    Harga murah dan variasi program lebih banyak daripada TV.
b)   Sifatnya mudah untuk dipindahkan
c)    Dapat digunakan bersama – sama dengan alat perekam radio, sehingga dapat diulang atau diputar kembali.
d)   Dapat merangsang partisifasi aktif pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi seperti menulis, menggambar dna sebagainya.
e)    Dapat memusatkan perhatian siswa seperti membaca puisi, sastra, menggambar musik dan bahasa.
Sedangkan menurut Arsyad ( 2003 : 45 ) kelebihan media audio adalah :
a)    Merupakan peralatan yang sangat murah dan lumrah sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat
b)   Rekaman dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga isi pesan dapat berada ditempat secara bersamaan.
c)    Merekam peristiwa atau isi pelajaran untuk digunakan kemudian.
d)   Rekaman dapat digunakan sendiri oleh siswa untuk mendengarkan diri sendiri sebagai alat diagnosis guna untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca, mengaji dan berpidato.
e)    Dalam pengoprasiannya relatif sangat mudah.
Selain kelebihan yang diimiliki media audio juga memiliki kekurangan sebagai bahan ajar. Menurut Arsyad( 2003 : 46 ) media audio memiliki kekurangan antara lain adalah :
a)    Dalam suatu rekaman sulit menemukan lokasi suatu pesan atau informasi, jika pesan atau informasi tersebut berada di tengah – tengah pita, maka akan memakan waktu yang lama untuk menemukannya, apalagi jika radio-tape tidak memiliki angka- angka penentuan putaran.
b)   Kecepatan rekaman dan pengaturan trek yang bermacam – macam menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda.
Sedangkan enurut Rivai ( 2005 : 131 ) penggunaan media audio dalam dunia pengajaran memiliki Kekurangan antara lain :
1)   Memerlukan suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu, sehingga pengertinnya harus didapat dengan cara belajar yang khusus.
2)   Media audio yang menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual.
3)   Karena abstrak, tingkatan pengertinnya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan pembendaharaan kata–kata atau bahasa, serta susunan kalimat.
4)   Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berpikir abstrak.
5)   Penampilan melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalm bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa terjadi ketidak mengertian dan bahkan kesalah pahaman. 

b.            Bahan Ajar Audio Video
1)   Pengertian Bahan Ajar Audio Video
Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan dua definisi tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan “the storage of visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya pada layar televisi).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.
Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113).

2)   Karakteristik Bahan Ajar Audio Video
Manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya adalah (Munadi, 2008: 127; Smaldino, 2008: 311-312):

a)    Mengatasi jarak dan waktu

b)   Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat

c)    Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain.

d)   Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan

e)    Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

f)    Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa

g)   Mengembangkan imajinasi

h)   Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik

i)     Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas sosial yang akan dibedah di dalam kelas

j)     Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.

Secara umum karakteristik dari media video adalah : pertama, Menampilkan gambar dengan gerak, serta suara secara bersamaan. Kedua, Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karenaterlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit(proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya. Ketiga, Mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen. Dan keempat, Memungkinkan adanya rekayasa (animasi).
3)   Prosedur Penyusunan Bahan Ajar Audio Video
a)   Praproduksi
(1)      Penentuan Ide
Untuk memulai suatu karya apapun dimulai dengan sebuah ide/gagasan. Demikian jugapembuatan media video pembelajaran. Untuk menemukan ide, dapat dari mana saja,misalnya pengalaman mengajar di kelas, lingkungan, permasalahan, buku, siaran TV,siaran radio, surat kabar, dan lain sebagainya.Khusus pembuatan media video/televisi pembelajaran sebaiknya ide diambil darikurikulum yang berlaku saat itu. Misalnya media tersebut akan digunakan oleh siswaSD/SMP/SMA, maka idenya sebaiknya dari kurikulum SD/SMP/SMA, sesuai sasaranyang akan memakai media tersebut.Kurikulum di sini merupakan acuan utama di dalam pemilihan kompetensi yang akandiajarkan kepada siswa melalui media video/televisi. Di dalam penelaahan kurikulum harus dilakukan oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Guru yang menelaah harus sesuai dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan jenjangnya.Maksudnya materi SD harus ditelaah oleh guru SD, materi SMP oleh guru SMP, danseterusnya
Peranan ahli materi adalah untuk menjaga agar materi tetap harus benar dan sesuai dengan sasaran tidak lebih dan tidak kurang. Di samping itu ahli materi juga harus menginformasikan perkembangan ilmu tersebut yang terkini. Sedangkan ahli media harus mengkaji agar di dalam pemilihan materi yang akan diangkat ke dalam mediavideo/televisi sesuai dengan karakteristik media tersebut, karena tidak semua materiyang ada di kurikulum dapat dibuat ke dalam media video/televisi secara menarik.Dengan demikian ahli media harus menjaga agar nantinya setelah materi tersebut dibuat dalam media video/televisi menarik untuk dilihat siswa dan menambah pengetahuan.Di dalam penelaahan kurikulum ini biasanya untuk seluruh media dan hasilnya disebutPola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM). PDKBM merupakan acuan tahapan selanjutnya yaitu penyusunan GBIM. Langkah-langkah pembuatan PDKBM yaitu:
(a) Semua kompetensi dan indicator untuk satu jenjang harus masuk, kemudian untuk mencapai kompetensi tersebut diperlukan indikator apa saja.
(b) Dari indikator inilah akan ditentukan media yang akandipakai dalam pembelajaran selama satu tahun atau satu jenjang. Media yang biasadigunakan yaitu media cetak, video, audio, presentasi, multimedia, dan internet.
Contoh PDKBM:
POLA DASAR KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR(PDKBM)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : 7 (1 SMP)
No
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
Indicator
Media
c    v   a    m  i
Pustaka

Siswa mampu mengemuka-kan pendapat dalam berbagai kesempatan secara lisan dantertulis
Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dalam  berbagai kesempatan dalam bentuk lisan dan tulisan
1.        Siswa mampu berbicara didepan umum.
2.        Siswa mampu menulis surat

Penulis tahun, judul,
penerbit, kota.

(2)      Penyusunan Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
Di dalam PDKBM sudah tampak jelas standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, serta jenis media yang akan dikembangkan untuk mencapai pembelajaran selama periode tertentu. Dalam PDKBM tersebut juga sudah ditentukan ada jenis media video/televisi, sehingga standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator tersebut dipilih untuk dikembangkan menjadi media video, sedangkan media lain dikembangkan lain waktu. Penyusunan Garis Besar Isi Media (GBIM) untuk media video dilakukan oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi mengkaji kebenaran dan kecukupan materi, sedangkan ahli media mengkaji kemenarikan materi tersebut untuk divideokan. GBIM merupakan acuan tahapan selanjutnya dalam penyusunan JM.
Contoh GBIMV:
GARIS BESAR ISI MEDIA VIDEO(GBIMV)
NO
Standar Kompetensi
Kompe-tensi Dasar
Materi pokok
Penerapan konsep
TOPIK/
JUDUL
Pustaka
1
Siswa mampu mengemuka-kan pendapat dalam berbagai kesempatan secara lisan dantertulis
Siswa mampu berbicara didepan umum
Cara berbicara didepan umum.

Berpidato pada rapat osis
Pidato
Penulis, tahun, judul,
penerbit, kota.

(3)      Penyusunan Jabaran Materi Media Video (JMV)
Setelah GBIM selesai disusun, maka langkah selanjutnya yaitu penyusunan Jabaran materi (JM). JM disusun oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media.Di dalam JM harus diuraikan secara lengkap materi yang akan diangkat dalammedia video serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa. Pemilihan aplikasi ini harus disesuaikan dengan lingkungan siswa. Salah dalam pemilihan aplikasi akan menyebabkan materi tersebut sulit dipahami oleh siswa

(4)      Penyusunan Naskah
Setelah JM selesai disusun, langkah selanjutnya yaitu penulisan naskah. Naskah disusun oleh orang yang dianggap mampu untuk menulis naskah. Seseorang dianggap mampu menulis naskah salah satu syaratnya yaitu pernah mengikuti pelatihan penulisan naskah video/televise  pembelajaran dan dinyatakan lulus, atau pernah menulis naskah video/televisi lain dan diproduksi. Tahapan yang harus dilakukan untuk menulis naskah video/televisi pembelajaran  yaitu:
(a)    Mempelajari GBIMV dan JMV
(b)   Mencari buku referensi yang dianjurkan serta sumber lain yang barkaitan.
(c)    Melakukan riset lapangan untuk menemukan aplikasi atau penerapan konsep yang dibahas, sebagai ilustrasi dan adegan yang akan diambil dalam naskah.
(d)    Menyusun identifikasi naskah, sinopsis, dan treatmen (urutan sajian naskah), kemudian dikonsultasikan kepada ahli materi dan ahli media agarmen dapatkan masukan dari kebenaran aplikasi atau penerapan konsep sertakemenarikannya.
(e)    Visualisasi ide: sinopsis dan treatmen yang sudah disetujui kemudian dikembangkan dalam uraian visual dan audio menjadi sebuah naskah. Langkah awal penulisan naskah, sebaiknya dimulai dari uraian visual dari detik awal hingga akhir dan sebisa mungkin juga sudah digambarkan durasi dari visual tersebut. Setelah uraian visual lengkap kemudian dilengkapi dengan audio. Dalam audio meliputi musik, narasi, sound efeks, direct sound, dan sebagainya  mulai daripembuka sampai penutup program.
(f)    Memilihformat penulisan Naskah. Format penulisan naskah secara umum ada dua macam yaitu satu kolom dan dua kolom. Untuk program pembelajaran yang dianjurkan adalah format dua kolom. Menentukan format sajian: format sajian secara umum ada banyak,misalnya: dokumenter, feature, kuis, news, presenter, naratif, dsb. Pilihlahyang tepat sesuai materi dan kemenarikan
(g)   Metode pembelajaran: Naskah video/televisi pembelajaran sebaiknya ditulisdengan memperhatikan metode pembelajaran.
(h)   Pengemasan secara edutainmen: Hal lain yang harus diperhatikan di dalammenulis naskah adalah kemenarikan program. Istilah umum untuk program pembelajaran penyajiannya yaitu   , artinya mendidik danmenghibur (perlu dan menarik). Untuk membuat menarik ada beberapa cara,misalnya adanya konflik, lucu, human interes (menyentuh perasaan), bintang,terkenal, berbeda, mutakhir, dsb.
(5)      Pengkajian Naskah
Setiap naskah harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Ahli materi mengkaji aspek sajian materi dan aspek pembelajaran. Dari aspek materi misalnya: kesesuaian materi dengan kurikulum (standar isi) kebenaran, kecukupan, dan ketepatan pemilihan aplikasi atau contohnya Ahli media mengkaji dari aspek penyajian (media), misalnya: kemenarikan penyampaian materi tersebut sesuai karakteristik media video, karakteristik pemain, perwatakan,animasi, adegan, konflik, musik, sound effect, format program, alur program dan sebagainya. Sedangkan ahli bahasa mengkaji kaidah dan pilihan kata sesuai dengan karakteristik sasaran.Ahli bahasa mengkaji dari aspek kebahasaan. Aspek ini meliputi: pilihan kata, penggunaan kalimat, hubungan antar paragraf, tanda baca, ejaan, dsb. Khusus untuk naskah bagi pendidikan informal, misalnya berupa sinetron, kartun, dan sebagainya, perlu juga dikaji oleh ahli psikhologi. Naskah dinyatakan final dan siap untuk diproduksi apabila sudah disetujui dan ditandatangani oleh ketiga pengkaji tersebut.
Disinilah akhir kegiatan praproduksi dimanaNaskah yang sudah dinyatakan final/laik produksi selanjutnya diserahkan kepada Sutradara untuk diproduksi.Hasil akhir dari tahap praproduksi yaitu naskah video pembelajaran yang telah disetujui oleh pengkaji dan dinyatakan kebenarannya, sehingga naskah tersebut laik produksi

b)   Produksi
Setelah naskah diterima oleh Sutradara, untuk melakukan kegiatan produksi, maka langkah-langkah kegiatan yang dilakukan yaitu :



(1) Rembuk Naskah ( Script Conference  ) 
Setelah Sutradara menerima dan mempelajari naskah, maka Sutradara meminta kepada Produser untuk dilakukan rembuk naskah dengan penulis naskah, ahli materi dan ahli media. Rembuk naskah diperlukan untuk menyamakan persepsi pemahaman terhadap naskah, sehingga apabila diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan yang fatal. Hasil dari rembuk naskah adalah Sutradara memahami naskah dengan baik sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji materi, media, dan bahasa. Dengan demikian Sutradara akan mengubah naskah menjadi bahasa visual dan audio yang terintegrasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang enak ditonton dan bermanfaat.
(2) Pembentukan Tim Produksi (Production Crews) 
Setelah Sutradara memahami naskah dengan baik, langkah selanjutnya adalah membentuk Tim Produksi. Tim produksi atau kru produksi, biasa juga disebut kerabat kerja merupakan sekumpulan orang yang mempunyai profesi atau keahlian berbeda-beda tetapi setelah disatukan menjadi sebuah tim yang kompak sehingga menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
(3) Membuat Shooting Script 
Setelah tim produksi terbentuk dan masing-masing sudah mempelajari naskah, maka mereka melakukan rapat untuk membuat Shooting Script/story board (naskah untuk pengambiln gambar) di dalam naskah ini terdapat gambaran secara lengkap setiap adegan bahkan shot (gambara), misalnya siapa yang muncul, bagaimana gerakan, dimana posisi obyek, dan melakukan apa, kemudian di mana posisi kamera dan angle camera serta bagaimana cara pengambilan gambarnya, apakah secara tilt up, tilt down,follow, atau yang lain, kemudian di mana lampu dan bagaimana suasana yang ingin diciptakan, dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan naskah.
(4) Penyusunan Anggaran 
Penyusunan anggaran disusun berdasarkan pertimbangan berbagai hal yaitu:
(a) Lamanya syuting
(b) Jumlah tim produksi
(c) Lokasi : di studio, di luar studio, jauh dekatnya dan berapa tempat
(d)Pemain : bintang atau bukan dan jumlahnya
(e) Peralatan yang dipakai
(f)  Setting dan properti yang diperlukan.
(g) Faktor kesulitan (stuntman, animasi)
(h) Musik (buat sendiri atau beli hak cipta), dan lain sebagainya.

(5) Pemilihan Pemain(Casting) 
Jika suatu program memerlukan pemain, maka pemain harus dipilih sesuai dengan tuntutan naskah. Kesalahan pemilihan pemain, atau karakter pemain, menyebabkan kesalahan penyampaian materi atau menjadi tidak menarik. Pemain merupakan salahsatu kunci keberhasilan, memakai bintang atau tidak harus dipertimbangkan dengan matang, sebab ada untung dan ruginya. Untungnya yaitu sajian lebih menarik dan orangsuka menonton bintang, kerugiannya biayanya mahal. Bukan bintang harus dipertimbangkan bahwa mereka betul-betul dapat menjiwai karakter yang dituntut dalam naskah.
(6) Pencarian Lokasi(Hunting) 
Pemilihan lokasi untuk pengambilan gambar harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan naskah. Kalau ingin mengubah lokasi syuting demi pertimbangan penghematan, perlu dibicarakan ketika rembuk naskah, atau jika dimungkinkan karena adanya teknologi (chroma key, virtual, dsb). Kalau sebab akan berakibat fatal dan ditokal ketika preview.Lokasi syuting dapat dil luar atau di studio tergantung dari kemudahan dan efektifitasdari pengambilan gambar dan tuntutan naskah. Sebab semua yang ada di naskah sudah dipertimbangkan efektifitas untuk penyampaian pesan.

(7) Rapat Tim Produksi (Production Meeting) 
Di dalam pertemuan ini dilakukan diskusi teknis pelaksanaan produksi, masing-masing profesi menyampaikan persiapan yang sudah dan sedang dilakukan serta mencari solusi permasalahan yang belum terselesaikan. Alat, bahan, dll sesuai dengan tugasnya.Di dalam pertemuan ini harus sudah ditemukan:
(a)      Jadwal syuting
(b)     Dana
(c)      Lokasi
(d)     Pemain
(e)      Perizinan
(f)      Kostum dan make up
(g)     Kamera
(h)     Jenis lampu
(i)       Alat pendukung
(j)       Transportasi, konsumsi, dan akomodasi
(k)     Keamanan
(l)       Properties
(m)   Musikdan lain sebagainya.
(8) Setting Lokasi(Blocking Area /Location Set
Sebelum malakukan pengambilan gambar Sutradara bersama sama tim produksimengadakan penataan lokasi dan setting properti sesuai yang dibutuhkan dalam naskah.Prosedur ini berlaku untuk perencanaan shoting baik di dalam maupun luar studio.Disamping itu pula penempatan camera(camera blocking) sudah harus tergambarkan dalam areal ini.
(9) Pengambilan Gambar
Setelah semua persiapan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu produksi atau pengambilan gambar. Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk merubah ide dalam bentuk naskah ke bentuk gambar dan atau suara. Kegiatan Produksi harus mencari dan mendapatkan gambar dan atau suara dengan kualitas prima sesuai yang diinginkan (sesuai Naskah, Shooting Script, Story Board).Gambar yang kita saksikan di pesawat televisi, dihasilkan dari kerja sebuahVideo Camera, tetapi jika yang kita saksikan hanya gambar saja, maka dapat dipastikan tayangan itu tidak menarik, karena itu diperlukan Microphone dan peralatan audiolainnya untuk melengkapi gambar tayangan dengan suara atau audio, selanjutnya gambar yang dihasilkan dari Video camera dan Suara yang dihasilkan Microphone digabungkan dalam suatu media penyimpanan dengan menggunakan Recorder
c)    Pascaproduksi
Setelah sekumpulan gambar dan suara diterima oleh editor, maka langkahselanjutnya yaitu tahap pemilihan gambar dan suara yang terbaik. Gambar dansuara tersebut kemudian disambung-sambung. Tahap ini cukup panjang, yaitumeliputi:
(1) Editing (Penggabungan dan Pemilihan Gambar)
Editing adalah merangkai gambar dengan gambar, gambar dan suara dengan gambar,suara dengan suara menjadi satu rangkaian yang kronologis sehingga mampu menyampaikan pesan sesuai dengan naskah, dan enak ditonton, menghibur. Kegiatan ini adalah gabungan antara seni dan teknik dari bahan dasar berupa potongan gambar dan suara atau populer dengan nama clip, yang dipadukan dan diolah sehingga mempunyai arti dan makna yang jelas.Proses seni dalam video editing terdiri dari apa saja bagian yang diambil, dihapus atau digabungkan dari berbagai sumber agar menjadi satu, masuk akal dan enak untuk dilihat.
Sementara proses teknik meliputi kemampuan untuk mewujudkan ide dari seni itusendiri, bagaimana hasil seni itu bisa dinikmati oleh orang lain, bisa berupam Film,Casset Video maupun piringan Cakram (Video CD DVD ).Pada dasarnya pengertian editing adalah menghubungkan antara shot/visual atau suaradengan shot/visual atau suara yang lain dengan menggunakan bentuk transisi tertentuagar menjadi kesatuan informasi yang berkesinambungan.
Tiga bentuk edit atau penyambungan gambar yaitu : pertamaCut.Dipergunakan untuk : Kontinyuitas gerak/action yang relatif cepat.,Menunjukkan sesuatu yang saling berkaitan ( impact ), Perubahan informasi atau tempat, dan sebagainya. Kedua, Mix/disolve.Dipergunakan untuk : Perubahan waktu, Menyampaikan dua infonnasi dalam satu frame, Perubahan waktu setempat secara perlahan, Flashback, bayangan pikiran, dan sebagainya. Dan ketiga, Fade. Fade terbagi juga atas tiga yaitu: pertama Fade in ( From black screen to full image ). Dipergunakan untuk: permulaan program, permulaan scene, perubahan waktu, perubahan lokasi, dan sebagainya. Kedua,Fade out ( From full image to black screen ). Dipergunakan untuk: ending program, ending scene, perpindahan waktu, perpindahan lokasi
(2) Mixing (Pengisian Musik)
Mixing merupakan kegiatan memadukan gambar dan suara agar menjadi satu kesatuanprogram yang enak dilihat dan didengar. Dalam memadukan gambar dapat memadukan2 atau lebih gambar agar dapat tampil dalam satu frame, di samping itu jugamemadukan suara dengan suara agar menjadi satu kesatuan yang enak didengar.
(3) Preview
Setelah editing dan mixing selesai dilakukan, maka media video/televisi dinyatakan siap dipreview. Preview melibatkan Sutradara, ahli materi, ahli media, dan penulis. Kegiatan preview atau istilah di alam evaluasi disebut expert judment untuk melihat apakah mediayang dibuat sesuai dengan perencanaan (naskah).
(4) Ujicoba
Program yang sudah selesai diproduksi dan dipreview, kemudian diujicobakan kelapangan. Uji coba sangat perlu, karena kadang apa yang dikonsep oleh penulis dan para ahli belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hal ini terutama yang berkaitan dengan pemilihan aplikasi atau penerapan konsep dan pilihan kata atau bahasa. Kadang menurut kita bahasa sudah mudah dipahami, tetapi ternyata dilapangan siswa tidak paham dengan apa yang kita makusd. Hasil dari uji cobamerupakan masukan untuk dilakukan revisi atau langsung dapat dipakai untuk media pembelajaran di kelas atau disiarkan.
(5) Revisi
Setelah uij coba dilakukan, kalau ada masukan dari lapangan, maka harus direvisisesuai masukan. Kadang masukannya sangat mendasar, dalam kondisi ini kalau perlu naskah ditulis ulang atau cukup direvisi bagian-bagian yang perlu saja.
(6) Distribusi/Penyiaran
Setelah semua sudah sesuai dengan perencanaan dan cocok untuk dimanfaatkan dilapangan, maka tahapan terakhir yaitu distribusi atau disiarkan



4)   Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Audio Video
Menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video multi-suara bisa ditujukan bagi beragam tipe pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka bahasa untuk menjelaskan isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan kemampuan memperlihatkan suatu objek dari pelbagai sudut pandang yang berbeda. Disc juga memberikan fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik, jejak atau kode-waktu untuk pencarian yang lebih cepat.
Media video dapat memberikan dampak positif terhadap tiga ranah dalam pembelajaran yaitu:
(a) Pada ranah kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
(b)   Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara langsung membetot sisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.
(c)    Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemons-trasikan bagaimana tatacara merangkai bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau memasak pada pelajaran tataboga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.
Namun media audio video juga memiliki kekurangan antara lain pertama Pembelajaran dengan mengggunakan media video harus menggunakan sumber listrik. Kedua, Pita kaset mudah rusak jika penyimpanannya kurang baik maka pindahkan ke cd.
Ketiga, Pengadaan videoumumnya memerlukan biaya yang lebih mahal dan waktu yang lebih banyak. Keempat,Umumnya komunikasi hanya satu arah kecuali video yang kusus dipersiapkan yang dapat meningkat aktivitas siswa. Kelima,
Video yang ada tidak selalu sesuia dengan kebutuhuan dan tujuan belajar yang diingnkan keccuali  video yang dirancang dan diproduksi sendiri. Dan keenam,Penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.

D.           RANGKUMAN
Bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak dan bahan ajar noncetak. Bahan ajar cetak berupa modul, LKS, Kompilasi, dan Handout. Modul adalah unit kerja yang terdiri dari komponen kompponen yaitu (1)petunjuk guru dan siswa dalam mempelajari modul, (2)komponen uraian yang lengkap dan bahasanya komunikatif,(3) adanya rangkuman, (4) tes formatif/soal yang mengacu pada ketercapaian kompetensi (essay dan objektif) yang harus dibuat petunjuk mengerjakan soal, soal dan bobot soal, dan total score, (5) lembaran jawaban (adanya kunci jawaban baik objektif atau esaay), (6) umpan balik ( misalnya hasil tes masih rendah dan materi kurang dipahami maka siswa disuruh membaca dan mengerjakan kembali modul tersebut, tapi jika sudah paham boleh emlanjutkan ke modul berikutnya. Penggunaan modul akan efektif digunakan pada siswa yang memiliki kemandirian yang tinggi, Kecerdasan dan kemampuan siswa di atas rata-rata dan siswa yang mempunyai motivasi dan kesadaran belajar yang tinggi.
LKS menurut Dhari dan Haryono (1988) adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Kompilasi secara etimologis, berarti kumpulan/himpunan yang tersusun secara teratur. Term Kompilasi diambil dari compilation (Inggris) atau compilatie (Belanda) yang diambil dari kata compilare, artinya mengumpulkan bersama-sama, seperti  mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan di mana-mana. Istilah ini kemudian  dipergunakan dalam bahasa  Indonesia kompilasi, sebagai terjemahan langsung.
Dan Handout adalah bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Termasuk pada media ajar cetak (printed). Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam menulis bahan ajar cetak Secara umum ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu:  pertama, Menulis sendiri (Starting From Scratch). Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Kedua. Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging). Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis bahan ajar sendiri dari awal (from scratch), tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional. Ketiga, Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text). Selain menulis sendiri bahan ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi).
Kemudian bahan ajar noncetak berupa media audio dan media video. Media audio Menurut Setyosari dan Sihkabuden,( 2005: 148; Yudhi Munadi, 2008) Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata. Dan media Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113).
E.            LATIHAN
1.             Jelaskan perbedaan antara modul dengan handout dari segi materi dan sistematika penyusunan masing-masingnya!
2.             Di dalam materi telah diuraikan mengenai cara menanggulangi kelemahan sebuah LKS, sekarang berikan pendapat Anda bagaimana langkah-langkah penggunaan LKS dalam pembelajaran agar tidak terjadi peristiwa dimana siswa mengisi LKS hanya dengan meniru hasil LKS yang telah diisi oleh temanny sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai!
3.             Ketika rekaman media audio, kesalahan dalam rekaman dapat terjadi walaupun telah dilakukan latihan sebelum proses rekaman terjadi. Bagaimana caranya perbaikan yang dapat dilakukan oleh sutradara?
4.             Buatlah sebuah bahan ajar cetak dengan cara penataan informasi!
5.             Buatlah sebuah naskah media audio bertemakan pendidikan!



F.      DAFTAR BACAAN

Jasmadi, dkk. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Arifin, samsul. 2007. Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi. Jakarta: PT Grasindo
Wahyu, Wibowo.2012. Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi. Jakarta: Bidik Phronesia







Tidak ada komentar:

Posting Komentar